JARINGAN ULAMA DAN PESANTREN SUNDA YANG TERLUPAKAN

  • Bagikan
SORBANSANTRI.COM

InfokomBanserNU- Dibanding dengan jaringan dan pesantren Jawa, pengetahuan kita mengenai jaringan ulama dan pesantren amat sangat sedikit. Hanya para peneliti tertentu saja yang mengetahuinya. Masyarakat umum, apalagi di luar Sunda, hampir tidak mengenalnya secara baik dan benar.

Beberapa hari kemarin saya dan sejumlah dosen UNUSIA Jakarta berkesempatan mengunjungi makam para ulama Sunda dan pesantrennya. Kami memulai perjalanan dari , Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasik, dan berakhir di Ciamis. Banyak hal yang kami dapatkan, bahkan sebagiannya terdengar mengejutkan.

Misalnya soal peranan KH Abdullah bin Nuh yang seringkali diklaim oleh HTI sebagai ulama yang mendukung khilafah. Setelah membaca tulisan beliau sendiri yang kami dapatkan di pesantren Al-Ghozali, Bogor, klaim tersebut ternyata menipu. Secara jelas dan tegas beliau menyatakan Pancasila adalah “jalan tengah” bagi .

Sementar itu, di Cianjur kami menziarahi makam KH Ahmad Syathibi yang lebih dikenal sebagai Mama Gentur. Meskipun setiap haulnya diziarahi ribuan orang, banyak orang, apalagi generasi milenial, tidak lagi mengenalnya. Padalah beliau adalah salah satu simpul utama ulama Sunda pada awal abad ke-20. Pandangan keagamaannya yang khas masih tercermin dalam aturan di sekitar pemakamannya hingga sekarang. Para peziarah tidak boleh membawa hape melewati gerbang yang gambarnya bisa dilihat di bawah.

Baca Juga  Momen Haru Mbah Chusain Ilyas Beri Doa Restu untuk Ikhfina-Gus Dulloh, Pasangan "IDOLA MOJOKERTO" dengan Nomor Urut 1 di Pilkada Mojokerto 2024

Memahami konstelasi keagamaan di , khususnya Priangan, hari ini tidak bisa dilakukan tanpa memahami jaringan ulama dan pesantrennya. banyak hal belum tergali. Keberadaan pesantren Fauzan di Garut, misalnya, jarang diekspos oleh . -kajian akademis juga melupakannya. Padahal kita tidak akan mengerti mengapa terjadi ketegangan di Garut ketika terjadi pembakaran bendera HTI dua tahun lalu jika tidak tahu bagaimana peranan penting pesantren Fauzan di sana. Dalam amatan saya, tidak ada pesantren yang lebih gagah berani membela di Priangan melebihi pesantren Fauzan.

Masih banyak hal lain yang sesungguhnya ingin saya ceritakan. Di Pesantren Miftahul Huda, Manonjaya, Tasikmalaya, kami juga mendengarkan informasi menarik. Dalam pengakuan pengasuhnya, karena dulu almarhum KH Choer Affandi sebagai pendiri pernah bergabung dengan DI (Darul Islam), maka sekarang terdapat stigma terhadap mereka. Seolah-olah Miftahul Huda anti-NU, padahal, menurut KH Abdul Aziz Affandi, pengasuhnya sekarang, “kami ini !”

Baca Juga  Majlis Dzikir & Sholawat Rijalul Ansor PAC GP. Ansor Kec. Ngoro di Mushollah Asy-Syakirin

Insya Allah saya dan teman-teman UNUSIA akan menuliskan cerita perjalanan yang sebenarnya terlalu singkat itu. Termasuk dalam hal ini temuan-temuan mengenai kesalahpahaman terhadap “Islam Nusantara” di sebagian masyarakat, khususnya di Jawa Barat. Semoga ini bisa menambah pengetahuan, meski sedikit, tentang jaringan ulama dan pesantren Sunda yang terlupakan.

Amin Mudzakkir

(Ansor Kebunjeruk)

  • Bagikan

Pesan Bijak