Peran Warna Hijau dalam Tradisi NU yang Semakin Samar di Tengah Pergeseran Nilai
Berita Video
Sorbansantri.com – Salah satu ciri khas yang melekat kuat pada Nahdlatul Ulama (NU) adalah warna hijau, yang selama ini menjadi simbol identitas organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut. Warna hijau tidak hanya merepresentasikan keteduhan dan kesejukan, tetapi juga menunjukkan keterikatan NU dengan nilai-nilai Islam tradisional, yang menjunjung tinggi keseimbangan antara keberagamaan dan kemanusiaan.
Namun, belakangan ini, banyak yang menganggap bahwa simbol hijau NU mulai pudar, baik secara harfiah maupun simbolik. Bendera hijau yang dulu mendominasi acara-acara keagamaan dan sosial masyarakat NU, kini perlahan-lahan bergeser ke arah warna lain, seiring dengan munculnya dinamika baru di dalam organisasi dan masyarakat.
Pergeseran Makna di Tengah Modernitas
Sebagian kalangan menilai, pergeseran ini disebabkan oleh semakin kuatnya pengaruh modernitas dan politik dalam tubuh NU. Organisasi ini, yang dahulu dikenal karena kekentalan tradisi pesantren dan kesederhanaan, kini semakin sering dikaitkan dengan manuver politik dan kekuatan ekonomi yang memiliki agenda tersendiri.
Fenomena ini membuat sebagian warga Nahdliyyin bertanya-tanya, apakah perubahan tersebut mengindikasikan hilangnya nilai-nilai luhur yang dipegang teguh oleh pendiri-pendiri NU? Apakah hijau yang selama ini melambangkan kekuatan spiritual dan identitas Islam tradisional akan hilang seiring dengan perkembangan zaman?
Hijau: Simbol Keberagamaan yang Terjaga
Sebagai organisasi yang lahir dari rahim pesantren, warna hijau dalam tradisi NU bukan hanya simbol fisik, melainkan juga melambangkan semangat keberagamaan yang ramah dan penuh toleransi. Hijau adalah warna keteduhan, warna yang selalu diasosiasikan dengan damai dan keberkahan.
Bagi sebagian Nahdliyyin, hijau juga menjadi simbol penjaga warisan Islam Nusantara, yang bersifat moderat dan toleran. Hilangnya warna ini, bagi sebagian, bisa jadi pertanda bahwa nilai-nilai ini pun ikut memudar. Mereka khawatir, perubahan warna yang terjadi sekarang adalah tanda pergeseran arah NU ke arah yang lebih politis, menggeser nilai-nilai spiritual yang selama ini dipegang teguh.
Haruskah NU Mengembalikan Identitas Hijau?
Di tengah kekhawatiran ini, muncul desakan dari beberapa kalangan agar NU kembali pada akar identitasnya. Hijau, dalam pandangan mereka, bukan hanya soal warna, tetapi juga soal konsistensi NU dalam menjaga dan melestarikan nilai-nilai tradisional yang menjadi ciri khasnya. Kembali menghidupkan simbol hijau di berbagai kegiatan NU, bagi mereka, adalah salah satu upaya menjaga kelestarian tradisi dan identitas yang semakin samar.
Pergeseran identitas ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi NU di era modern. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana NU bisa tetap relevan tanpa kehilangan nilai-nilai dasar yang sudah menjadi fondasi organisasi ini selama hampir satu abad.
Di tengah perdebatan ini, warga Nahdliyyin diharapkan tetap menjaga semangat kebersamaan dan tidak terpecah oleh perbedaan pandangan, sembari terus mengupayakan agar NU tetap menjadi garda terdepan dalam menjaga keislaman yang damai dan penuh toleransi. (AI Sorban)
@beritasorban Belakangan ini, warga Nahdliyyin dikejutkan dengan fenomena yang dianggap sebagai pergeseran identitas Nahdlatul Ulama. Warna hijau yang selama ini menjadi simbol kuat NU seolah-olah mulai memudar. Padahal, hijau bukan sekadar warna, tetapi simbol dari tradisi, keteduhan, dan keseimbangan yang dijunjung oleh Islam Nusantara. Banyak yang khawatir, hilangnya 'ijo-e NU' menandakan pergeseran nilai spiritual ke arah yang lebih politis. Di era modern ini, tantangan besar NU adalah menjaga agar tetap relevan tanpa kehilangan esensinya. Jadi, haruskah kita berdiam diri atau mulai bergerak menjaga identitas hijau ini? Yuk, kita kembalikan hijau sebagai identitas NU yang sesungguhnya. #NUHilangIjo #IdentitasNU #TradisiNU #HijauNU #Nahdliyyin #IslamNusantara #SaveTradisiNU #NUKita #WarnaHijau #GerakanNU #f ♬ suara asli – Sorban Santri