Dirinya tidak paham betul, yang dimaksud candi itu nama desa atau kawasan candi di Dataran Tinggi Dieng. “Kata Gus Dur, Islam pertama kali masuk ke Jawa di candi. Kita ini tidak tahu candi itu mana, apakah komplek candi Dieng atau di mana. Beliau datang ke Wonosobo. Saya diminta menemaninya mencari makam tokoh Islam ini,” jelasnya.
KH Chabibullah Idris bersama kru Gus Dur memburu makam kuna tersebut. KH Chabib ditemani anaknya mengendarai sepeda motor dini hari. Sementara rombongan Gus Dur berangkat sendiri. Mereka berpencar.
“Akhirnya sampai di Desa Candirejo. Saya tanya apakah ada makam kuna di desa itu. Kata warga memang ada, tapi tidak jelas makam siapa. Letak makam di tengah-tengah sawah. Tidak ada akses jalan ke sana. Hanya jalan setapak, bisa dikatakan jalan lembu. Wong blekuk-blekuk susah sekali. Saya berharap, Gus Dur jangan sampai ke situ karena jalannya mengerikan kayak gitu. Begitu saya sampai di lokasi, mencari mana yang dimaksud makam tua. Eh ternyata Gus Dur lebih dulu tiba di makam,” jelasnya panjang lebar.
Menurut keterangan Sastro Al Ngatawi, mantan asisten pribadi Gus Dur menuturkan, bersama Gus Dur, ketika mereka sampai di Wonosobo hampir Subuh, lalu mampir di salah satu pesantren (Ponpes Al-Asy’ariyyah) di kota tersebut. Ditemani beberapa Gus (putra kiai), mereka berangkat ke sebuah daerah yang diyakini masyarakat menjadi makam wali tersebut, posisinya tepat di bawah sebuah pohon besar, tetapi Gus Dur tak menghiraukannya.