Mengenal Asal Mula Istilah ASWAJA

1.Masa Rasulullah

Pada masa itu umat Islam adalah umat yang satu dan tidak ada perselisihan dalam aqidah dan amalan. Hal ini karena masih adanya wahyu (Al-quran) dan nabi masih ada sebagai sumber hukum langsung dapat ditanyakan kepada beliau.

2.Masa khulafaur rosyidin

Ketika Rasulullah wafat, terjadi perselisihan diantara umat Islam untuk menentukan pemimpin baru. Calon dari golongan Anshor Sa’ad bin Ubadah, dari golongan muhajirin adalah abu bakar Ash Siddiq,dan dari golongan bani hasyim adalah Ali bin Abi Thalib. Melalui perdebatan yang panjang akhirnya Abu Bakar Ash Siddiq terpilih menjadi khalifah pertama. Inilah awal perselisihan diantara umat Islam.

Pada zaman khalifah kedua, Umar bin Khattab,tidak nampak perselisihan dan perpecahan kecuali perselisihan dari orang-orang yang tidak diakui kebenarannya karena tidak berstandar dalil-dalil yang shohih.

Pada zaman khalifah Usman bin Affan mulai bermunculan perbedaan pendapat karena sistem pemerintahan mengunakan sistem famili,walaupun masih tetap mempertimbangkan skill dan profesionalisme baik dalam bidang agama maupun pemerintahan. Setelah Usman meninggal terjadilah kekacauan di Madinah sehingga Abdullah bin Saba’ (pemimpin Mesir) menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah keempat.

Baca Juga  Imam Syafi'i : Tidak Apa-apa! - Saat ditanya Baca Al-Qur'an di Kuburan

Pada masa Ali bin Abi Thalib, umat Islam pecah menjadi beberapa golongan. Hal ini disebabkan karena faktor semakin banyaknya umat Islam dan semakin banyaknya pemahaman di dalam mengartikan dan menafsirkan Al-quran dan Hadist Nabi.

3.Masa Tabi’in

Pada masa ini muncul reaksi terhadap ajaran Mu’tazilah dan Jabariyah. Pemikiran baru yang dikemukakan oleh Imam Asy’ari yang disempurnakan oleh Al Maturidi inilah yang menjadi pijakan umat islam yang disebut dengan ASWAJA. Pendapat – pendapat inilah yang menjadi rumusan kalau dalam bidang :

a.Fiqih mengikuti salah satu madzab 4 (empat)

b.Tauhid mengikuti salah satu Imam AL- Asy’ari dan AL Maturidi.

c.Tasawwuf mengikuti rumusan imam Al – Junaidi.

4. Akhir Abad ke 7 H

Pada tahun 671 lahir seorang tokoh bernama Ibnu Taimiyyah yang mengajarkan pendapat – pendapat yang menyimpang diantaranya :

a. Ziarah ke Makam Nabi adalah Ma’siyat.

b. Menyatakan talak / cerai sekaligus tiga kali tidak jadi talak tiga.

Ibnu Taimiyyah akhirnya dipenjara dan meninggal dipenjara tahun 728 M, namun ajarannya secara diamdiam diajarkan oleh para pengikutnya.

Baca Juga  Pesta Demokrasi bagi warga NU adalah Perang IDEOLOGI

5. Pertengahan Abad 12 H

Pada tahun 111 M lahir seorang tokoh Wahabby yaitu Muhammad bin Abdul Wahab. Dia menganut ajaran Ibnu Taimiyah bahkan ditambah dengan pendapat-pendapatnya sendiri antara lain :

a. Menetapkan anggota tubuh bagi Allah.

b. Allah berada pada ruang dan gerak.

c. Tidak boleh taqid kepada madzab 4.

d. Mengharamkan tawasul dan mengharamkan ziarah kubur.

6. Masa Wali Songo (Abad 14 – 16) Pada Tahun 1404 M datang seorang Ulama bernama Syekh Maulana Malik Ibrohim / Syekh Maghribi yang berasal dari Turki (riwayat lain dari Gujarat) menyebarkan Islam ditanah Jawa tepatnya di Gresik. Setelah mempunyai pengikut cukup banyak beliau mendirikan pondok pesantren dan masjid.
Konon kabarnya beliau mendapat bantuan dari raja cermain dalam membangun dan mendirikan Pon.Pes di Gresik. S. Maulana Malik Ibrohim (S. Gresik) itu tidak hanya ahli dalam bidang agama saja, beliau juga ahli dalam bidang perekonomian. Ini terbukti peningkatan ekonomi pertanian sangat maju di Gresik.
Pada tahun 1401 M lahir seorang putra bernama R. Rahmatullah (Sunan Ampel) dinegeri Cempa.

(Iqlilahdini sorban)

Tinggalkan Balasan