Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Opini dan AnalisisSejarah

SYUHADA YANG TERLUPA

4
×

SYUHADA YANG TERLUPA

Sebarkan artikel ini
SORBANSANTRI.COM
Example 468x60

SORBANSANTRI.COM

Jasadnya masih segar saat dibongkar

Pertempuran besar terjadi di sekitar jembatan Ngembeh Kecamatan Dlanggu. Pertarungan terbuka antara para perjuangan dengan serdadu Belanda itu menimbulkan korban besar dari kedua belah pihak. Diantara korban itu terdapat dua orang syuhada, Ahmad Qosim dan Madjid Asmara. Mereka gugur sebagai Kusuma Bangsa tanpa penanda.

Example 300x600

Selama meneliti masa perjuangan kemerdekaan di Mojokerto, banyak tempat sudah terdatangi. Lokasi dimana pernah terjadi pertempuran mempertahankan kemerdekaan itu acap kali diberi tanda atau monumen. Tugu dan bangunan itu dimaksud untuk pengingat bahwa tempat itu memiliki riwayat yang harus tetap diingat. Sebagian besar monumen itu ada di wilayah selatan Mojokerto, tempat dimana pernah dibentuk pasukan Komando Hayam Wuruk pada akhir tahun 1948.

Ada monumen Gumeng yang dibuat untuk mengenang gugurnya Kapten Soenarjo dari Batalyon Bambang Yuwono. Monumen Jatidukuh yang dipersembahkan bagi gugurnya Kapten Hartono. Monumen Padusan dibangun untuk mengingat keberanian Kapten Soemadi. Monumen Kepuh Arum yang dibuat untuk Batalyon Tjipto. Dan beberapa monumen lainnya.

Dalam pasukan Komando Hayam Wuruk yang dipimpin Mayor Pamoe Rahardjo intinya ada pada 4 Batalyon. Batalyon Bambang Yuwono (BY), Batalyon Tjipto (T), Batalyon Mansyur Solikhi (M) dan Batalyon Isa Idris (I). Tiga Batalyon pertama merupakan pasukan tempur dan satu batalyon, Batalyon I, adalah pasukan teritorial. Belakangan muncul bantuan dari Batalyon Moenasir yang menggantikan posisi Batalyon I yang tidak begitu aktif di Mojokerto. Isa Idris memilih berkonsentrasi di perbatasan Mojokerto – Jombang.

Setelah berhasil menguasai wilayah Mojokerto selatan, pasukan Hayam Wuruk mendapat tekanan dari lawan. Mereka terkepung di barat Pesanggrahan. Dari Pugeran hingga Dlanggu berjajar tank Belanda dan dari Pacet serta Mojosari pasukan infantri menjepit posisi para pejuang.

Pada rapat tanggal 11 Malam di sebuah mushola di selatan Mojosari, Mayor Pamoe Rahardjo memutuskan pasukannya untuk mundur ke daerah pegunungan Anjasmoro di selatan atau masuk kembali ke Trowulan. Daerah itu masih dalam kontrol kekuatan pejuang. Masing-masing Batalyon diperintahkan untuk mencari jalan menerobos kepungan lawan.

Pagi tanggal 12 Pebruari, pecah pertempuran terbuka. Pertempuran yang menjurus satu lawan satu seperti pada pertempuran Surabaya. Pertempuran yang sudah jarang terjadi setelah penerapan taktik gerilya. Seluruh Batalyon memang berhasil lolos dari kepungan itu, namun banyak anggotanya yang gugur dalam pertarungan. Tidak tercatat berapa besar korban, tetapi informasi menunjuk pada angka lebih dari 1000 nyawa melayang.

Diantara korban itu terdapat nama Mayor Madjid Asmara, kepala staf Batalyon M. Ada pula komandan kompi IV Batalyon M, Kapten Ahmad Qosim yang lebih sering dipanggil Mat Yatim. Mereka merupakan alumni pendidikan Hizbullah di Cibarusa. Kamp pelatihan yang dididik langsung oleh Kapten Yanagawa pada awal tahun 1945. Madjid Asmara mewakili Kabupaten Gresik dan Mat Yatim berangkat atas nama Mojokerto. Mat Yatim dikenal keberaniannya saat menghadapi pasukan Jangkar Merah atau pasukan Marinir Belanda dalam pertempuran Kembangsore Pacet pada tanggal 1 Januari 1949.

Mat Yatim gugur dengan tubuh tertembus peluru di desa Sawo. Jenazahnya kemudian dimakamkan oleh rakyat desa tersebut setelah pertempuran berakhir. Madjid Asmara tertembak dan coba diselamatkan oleh kawan-kawannya. Upaya penyelamatan perwira Batalyon itu gagal karena Madjid meninggal karena kehilangan banyak darah di dekat jembatan Ngembeh.

Tepat setahun kemudian, 12 Pebruari 1950, makam Mat Yatim dibongkar dan jenazahnya dipindahkan ke halaman kecamatan Kutorejo. Anehnya, jenazah itu masih utuh dan jelas terlihat lobang peluru di badannya. Demikian pula dengan pakaian yang dikenakan tidak rusak sama sekali, sama seperti saat dia pertama dikebumikan. Peti jenazah yang disiapkan menjadi sesak karena dikira jenazahnya akan menyusut. Ternyata jasad syuhada itu tidak mengalami perubahan sama sekali. Subhanallah.

Makam Kapten Mat Yatim diketahui berada di TMP Gajah Mada Mojokerto. Kondisinya tidak terawat, seperti tidak pernah ada yang mengunjunginya. Hal itu mungkin dikarenakan tidak ada keluarga yang mengunjunginya sebab dia gugur sebelum berkeluarga. Sedangkan makam Madjid Asmara entah dimana. Dalam buku daftar makam di TMP tidak terdapat nama Madjid Asmara.

Madjid Asmara dan Achmad Qosim adalah seorang syuhada yang merelakan jiwanya demi tegaknya Indonesia. Pertempuran di selatan Mojosari menjadi pertarungan sengit yang menelan banyak korban. Tentu jumlahnya lebih besar dibanding dengan peristiwa Gumeng dan penyergapan di Jatidukuh. Yang gugur juga terdapat perwira berpangkat Mayor. Entah kenapa pemerintah tidak membuatkan monumen penanda.

Semoga catatan kecil ini menjadi pengingat bagi generasi nanti. Mengingat syuhada yang terlupa.

Sumber: Serpihan Catatan Ayuhanafiq

Example 300250
Example 120x600
Example 468x60

Pesan Bijak

SORBANSANTRI.COM
Berita

Pelantikan dan pengukuhan pengurus MUI kecamatan se-Kabupaten Mojokerto untuk masa khidmat 2025-2029 berlangsung sukses. Acara bergilir di pendopo kecamatan sejak 3 hingga 29 Desember 2024 ini dipimpin langsung oleh Ketua Umum MUI Kabupaten Mojokerto, Drs. KH. Cholil Arphaphy, MM

SORBANSANTRI.COM
Berita

Ikfina Fahmawati dan Sa’dulloh Syarofi (Gus Dulloh) melakukan kunjungan silaturahmi ke Pondok Pesantren Ploso, Kediri untuk bertemu dengan Gus Kaustar, pengasuh pesantren tersebut. Dalam pertemuan yang penuh keakraban ini, Ikfina dan Gus Dulloh membahas berbagai isu sosial dan keagamaan serta mempererat tali persaudaraan dengan komunitas pesantren.

SORBANSANTRI.COM
Berita Utama

MWC NU Pacet mengambil langkah tegas untuk menyelamatkan lingkungan di Kecamatan Pacet dari ancaman kerusakan. Dengan polusi, perburuan liar, dan perubahan fungsi lahan yang merusak ekosistem, MWC NU Pacet mengeluarkan rekomendasi konkret untuk desa-desa di wilayah ini. Mereka menggalakkan pengelolaan sampah yang lebih baik, pengawasan ketat terhadap perburuan liar, pelestarian fungsi lahan, dan pendidikan lingkungan bagi masyarakat. Upaya ini bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem, menjaga kualitas hidup, dan melindungi kesehatan masyarakat. Bergabunglah dengan gerakan ini untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Example 468x60