KOMPI MACAN PUTIH KAPTEN SOEMADI PERWIRA TINGGI ASLI AREK MOJOKERTO

Sebuah jalan yang membentang dari pasar Dlanggu hingga ke pertigaan Pesanggrahan diberi nama Jalan Mayjen Soemadi. Siapakah dia hingga namanya diabadikan seperti seorang pahlawan ?Menurut informasi, Soemadi adalah pejuang yang lahir di wilayah Kutorejo. Rumah tempat kelahirannya masih ada dan terjaga hingga saat ini. Selain rumah dan nama jalan yang dikaitkan dengannya, beberapa monumen juga dibuat untuk mengenang perjuangannya. Salah satu monumen itu dinamakan Monumen Kompi Macan Putih yang terbuat dari batu hitam di barat Kutorejo.Nama Soemadi mulai dikenal ketika terjadi restrukturisasi TNI pada tahun 1948. Kompi Soemadi tergabung dalam Batalyon Soenandar yang bermarkas di Kediri. Pada waktu agresi militer Belanda ke-2, Kompi Soemadi ditugaskan menjaga PLTA di Mendalan Kasembon. Dia diperintahkan untuk menghancurkan instalasi listrik terbesar di Jawa Timur tersebut jika tidak bisa dipertahankan dari serangan musuh.Tanggal 21 Desember 1948 Belanda menyerang Mendalan. Sesuai dengan intruksi, pasukan Soemadi menyalakan 10 bom yang total berkekuatan 250 kg. Bom itu memang tidak bisa menghancurkan keseluruhan, tetapi akibat ledakan itu Belanda tidak bisa menguasai Mendalan secara utuh. Empat hari kemudian, tanggal 25 Desember 1949 Kompi Soemadi dan Kompi Mistar mengadakan serangan pada pasukan Belanda yang menjaga mendalan. Pertempuran sengit terjadi antara pejuang dengan pasukan Gajah Merah yang dipimpin Kapten Van De Vries. Serangan itu tidak berhasil merebut Mendalan tetapi mampu menggoyahkan kedudukan lawan. Pasukan tambahan kemudian dikirim oleh Belanda lewat udara. Belanda memperkuat pertahanannya di Mendalan.Sejak itu, kompi Soemadi yang dikenal dengan sebutan Macan Putih sering mengganggu musuhnya. Untuk mengakhiri gangguan itu maka dilakukan operasi militer. Pasukan dengan peralatan tempur tank dan panzer menjepit dari arah Pare, Ngoro dan Kandangan. Letda Moestadjab, komandan peleton andalan Kompi Soemadi gugur dalam peristiwa itu. Dan akhirnya Kompi Soemadi harus mundur dari Mendalan. Arah gerak mundur menuju ke Pacet guna memperkuat pasukan Komando Hayam Wuruk yang berusaha masuk ke Surabaya.Kompi Soemadi sampai ke Desa Padusan dan bermarkas sementara di desa tersebut. Esok harinya pasukan itu sudah menyerang pos Belanda di desa Sajen. Serangan yang menyebabkan beberapa serdadu musuh meninggal. Belanda membalas dengan serangan udara ke Padusan. Bom dijatuhkan dan peluru mitralyur ditembakkan dari pesawat P-51 Mustang. Serma Fakih gugur dan di makamkan di kuburan desa Padusan.Kompi Soemadi kemudian bergerak keluar dari Padusan untuk menghindari serangan susulan. Sampai di pertigaan Pacet, dihadang oleh musuh hingga terjadi tembak menembak di depan SD Pacet. Kompi Soemadi berhasil lolos ke Claket dan selanjutnya bergabung dengan Pasukan Komando Hayam Wuruk di Dlanggu. Kehadiran kompi Soemadi menambah kekuatan pasukan gabungan yang dipimpin oleh Mayor Pamoe Rahardjo tersebut.Pada akhirnya sejarah mencatat Pasukan Komando Hayam Wuruk harus menghadapi serangan besar-besaran. Korban berjatuhan pada kedua belah pihak. Bahkan rakyat sipil juga dikorbankan oleh Belanda sebagai tameng hidup dalam pertempuran sehari semalam pada tanggal 12 Pebruari 1949 itu. Kompi Soemadi kembali lolos dari sergapan dengan menerobos pertahanan musuh di sisi selatan. Kapten Soemadi memimpin anak buahnya kembali masuk ke wilayah Kediri dengan melintas hutan gunung Anjasmoro.Setelah kemerdekaan, Soemadi tetap berkarir di dunia militer. Dia pernah menjabat sebagai Komandan Korem 083 DSJ Malang. Sempat menjadi Panglima Kodam Mulawarman ketika terjadi operasi militer menumpas Gerakan Komunis Kalimantan Utara. Soemadi mengakhiri karirnya dengan menyandang pangkat Mayor Jendral. Tidak berlebihan jika namanya diabadikan di daerah kelahirannya sebagai nama jalan. Soemadi menjadi pejuang asli Mojokerto yang berhasil meniti jenjang hingga perwira tinggi.Sumber: Serpihan Catatan Ayuhanafiq

Tinggalkan Balasan