Lalu mereka segera berjalan menuju lokasi lain. Di tengah-tengah perjalanan tersebut, rombongan tersebut bertemu dengan orang tua. Dalam suasana yang masih sepi tersebut, mereka mengamati orang tua yang terus berjalan di tengah-tengah sawah. Tiba-tiba saja, ketika di tengah sawah itu orang tua tersebut menghilang. Gur Dur pun berujar, “Ya itu tadi Syeikh Hubbuddin dan di tengah-tengah sawah tadi makamnya,” katanya.
Lanjut KH Chabib, begitu sampai ke makam yang dituju, mendadak Gus Dur jatuh terduduk. Dhalab. Menyatu dengan arwah dan mengucapkan istigfar seperti tanpa sadar. Mengetahui itu, para pengikut segera merubungnya. Ternyata makam kuna yang sebelumnya tidak dikenal, merupakan tempat bersemayam Syekh Abdullah Qutbudin.
“Menurut cerita Gus Dur, Syekh Abdullah ini mendirikan pesantren di Desa Candirejo. Karena tidak memiliki keturunan, lama-kelamaan pesantrennya hancur. Ini bisa dilihat dari banyaknya batu-batu candi yang berada di sekitar makam,”tutur Ketua Majelis Ulama Indonesia Jateng tersebut.
Diawali dari kedatangan Gus Dur itulah, makam akhirnya banyak diziarahi masyarakat. Terutama kalangan pondok pesantren. Dikatakan KH Chabib, mengutip pengakuan warga Candirejo, bertahun-tahun lalu, makam itu pernah didatangi orang asing. Tampaknya dia adalah seorang antropolog dari Eropa yang tengah mengadakan penelitian.
















