RIJALUL ASWAJA NU-Entah atas usul dan restu siapa NUGL didirkan, apakah hanya sebatas inisiatif segelintir tokoh pendiri dan pengurusnya yang tak lebih dari 10 orang itu? Bukankah mereka pernah mengenyam pendidikan pesantren? Bukankah Kyainya di Pesantren adalah Tokoh yang terhormat di NU?
Maka tak berlebihan jika mereka disebut sekawanan propagandis tak beradab, dengan berani merongrong NU yang didirikan oleh Tokoh yang dikenal kewaliannya. Dan tentu sanad ilmu para pendiri NUGL tersebut adalah ke Kyai yang memiliki darah keNUan yang kental. Secara tak langsung mereka telah mencoreng nama baik kiyai dan pesantrennya. Istilah ‘Garis Lurus’ cermin kesombongan yang seolah olah mereka adalah yang paling benar. Namun faktanya idiom garis lurus ternyata sebanding dengan perilaku dan tindak tanduk mereka selama ini yang menabrak
norma-norma yang dijunjung tinggi di dunia pesantren, dunianya kaum Nahdliyin. Semua yang dianggapnya bengkong dihantam tanpa kromo alias tanpa adab, Baru-baru ini Pesantren yang disegani seperti Lirboyo tak luput dari hantaman ‘kawanan garis lurus’.Sekalipun sudah minta maaf melalui akun yang sama, tetap saja residu negatifnya tak begitu saja lenyap, karena apa yang sedang mereka perankan adalah cermin kebencian membuncah para tokohnya, entah karena sakit hati atau kah iri tapi realitasnya mereka adalah sengkuni tak terbantahkan. Jika tokoh-tokoh NUGL tersebut menjunjung tinggi adab dan keilmuan, maka sudah tentu mereka berani diajak duduk bersama, bukan malah koar-koar ke sana kemari bagai anak kecil yang bodoh. Akhirnya jadilah komplotan liar bagai anak jalanan yang menyebarkan provokasi dan propaganda kurang ajar sebagai penghujat tanpa adab. Bukan kelompok pendebat dialogis yang mampu mengisi ruang ilmiyah yang menjadi warna pesantren sebagai adat maupun istiadat. NUGL terus menggiring kata di dunia maya mengubahnya seakan sepertinya fakta.
Menggunakan karya mbah Hasyim Asyari sebagai amunisinya. Dan yang paling miris merubah dari informasi bias menjadi justifikasi tanpa konfirmasi kepada pihak yang dihakimi. Korbannya banyak dari para santri yang tak terlalu cerdas dengan keadaan dan rute perpolitikan kemaslahatan dan ghirah perjuangan NU. Setelah jadi korban mereka beramai rami ngeshare dan fitnahan tanpa pertimbangan dan perhitungan. Lihatlah bahaya setelah kreatifitas nakalnya pemotongan video itu apa yang dilakukan? tak ada tabyin dan klarifikasi.