20 Pemabuk Tobat Di Hadapan Habib Munzir

Kisah, InfokomBanserNU- Seorang miskin sedih dan nangis. Anaknya meninggal, tapi masyarakat dan ustadz sekitarnya tak mau menshalatkan dan menguburkan di kuburan umum. Kenapa? Anaknya seorang pemuda yang nakal, narkoba, pemabuk, dan seabrek label nagatif lainnya. Sebelum meninggal, pemuda itu bertaubat, mencium kaki ibunya dan meminta maaf kepada ibunya. Tak lama setelah itu, pemuda itu wafat.

Mendengar kabar ini, Habib Mundzir langsung meluncur menuju rumah duka. Saat itu sudah larut malam, karena Habib Mundzir sedang dalam sebuah acara.

“Habib, jangan masuk rumah saya. Saya orang miskin, tidak mampu memberi apa-apa buat Habib. Saya tak mampu memberi amplop, ya Habib,” kata lelaki tua yang tak lain adalah ayah dari pemuda yang meninggal. Si ayah itu memang orang miskin, sehingga tak berani menerima tamu ustadz karena takut memberi amplop.

Baca Juga  KHOWARIJ JAMAN NOW
Habib Munzir

Habib Mundzir tergetar hatinya. Merasa sedih dan malu melihat kondisi bapak itu. Akhirnya, dengan lemah lembut Habib mengajak orang tua itu masuk rumahnya. Habib melihat ruangan tamu dengan dinding tanah, tembok yang kusut, lampu yang redup. Di ruang tamu itu ada 20 anak muda gondrong yang terdiam, teman anaknya yang baru saja meninggal.

“Anak saya dikuburkan di sebelah rumah, dan belum dingajikan karena saya tak mampu membayar orang yang mengaji. Paketnya 300 ribu (saat itu-red),” kata pak tua itu. .

Melihat kondisi demikian, Habib Mundzir kemudian memerintah kepada jamaahnya agar mengerahkan 100 orang mengaji Al-Qur’an dan dzikir secara bergantian sampai 3 hari 3 malam. Semua kebutuhan konsumsi ditanggung semua oleh Habib.

Baca Juga  Kepada NU Dan Banser Mojokerto. Bersediakah Kalian Menolong Kami Lagi?

Habib Mundzir kemudian mendatangi makam pemuda tadi, berdoa kemudian menyampaikan tausiyah singkat. Subhanallah! 20 anak muda yang menjadi teman narkoba dan mabuk itu akhirnya taubat bersama Habib Mudzir. Mereka berjanji belajar ngaji, bekerja dengan baik, menikah, dan meninggalkan kemaksiatan.

“Habib, anak saya itu matinya disiksa Allah kah..?,” pak tua bertanya karena masih bersedih, walaupun juga gembira karena 20 pemuda itu bertaubat.

(kalam ulama’)

Tinggalkan Balasan