Di sekitarnya, berserakan batu-batu tua berbentuk persegi panjang seperti bata. Diyakini batu tersebut adalah bekas bangunan pondok pesantren milik Syekh Abdullah. Konon, Syekh Abdullah tidak mau makamnya dibangun mewah. Dia memilih apa adanya berupa batu nisan yang berbentuk seperti candi.
“Masyarakat sini sering melihat ada cahaya yang muncul dari makam. Pernah petani cabe menunggui tanamannya, tiba-tiba ada cahaya terbang dari makam. Pernah juga ada seorang pimpinan pondok pesantren bersama 12 santrinya berziarah. Lalu hujan sangat deras. Anehnya, mereka tidak kehujanan sama sekali,” imbuh KH Chabibullah Idris.
Kini makam mulai ramai pengunjung. Sebelum Lebaran kemarin, ada sekitar 13 mobil yang datang berziarah. Mereka berasal dari Wonosobo. Kadang, peziarah memilih waktu malam hari, agar tak banyak orang tahu. Dan lebih khusuk berdoa. Suasana alami ini sangat mendukung peziarah religius.
Jalan menuju makam akan diaspal. Agar memudahkan peziarah datang ke makam. Sekaligus didirikan tempat representatif. Apabila mulai ramai, diharapkan direspon warga dengan mendirikan tempat berjualan baik makanan maupun suvenir. Tidak ketinggalan dibangun juga tempat parkir yang memadai. Pemerintah Kabupaten Wonosobo saat ini berusaha mengembangkan wisata religius dengan mengangkat potensi lokal setempat.
















