InfokomBanserNU- Pasca jatuhnya ISIS di Suriah, gelombang pengungsi semakin banyak yang memasuki wilayah sekitar Suriah, seperti Turki. Perlahan keluarga yang dulunya hidup dalam naungan khilafah ISIS mencari tempat perlindungan baru.
Tak terkecuali warga negara Indonesia yang sempat berdatangan ke Suriah dengan dalih jihad. Berdasarkan data ICSR sejak kejayaan hingga kejatuhan ISIS, mengungkapkan dari total 700-an sampai 800-an WNI simpatisan ISIS di Suriah, sekitar 113 orang adalah perempuan dan 100 orang adalah anak-anak.
Dari angka itu, sekitar 54 perempuan dan 60 anak terdeteksi telah kembali ke Indonesia. Total yang kembali pulang ke Indonesia (returnee) antara 183 hingga 300 orang. Hampir di setiap kamp pengungsian, terdapat warga negara Indoensia, seperti wilayah pengungsian al-Hol. Di sana, sebanyak 50 WNI mengungsi menunggu nasib yang belum jelas.
Namun keberadaan para WNI di ISIS tidak jarang membuat mereka menyesal. Ternyata system khilafah tidak seindah jualannya. Kata syair lagu dangdut, “Surga yang engkau Janjikan, Neraka yang kau berikan”.
Betapa tidak, hidup di wilayah perang tidak ada enaknya. Tiap hari yang terdengar hanya desingan peluru dan bom. Hidup pun tidak menentu, apakah hari ini nyawa melayang atau masih bertahan.
Makanya, penyesalan WNI yang ada di Suriah tidak terbendung lagi. Pilihan satu satunya mereka saat ini adalah bagaimana bisa kembali ke Indonesia. Tapi nampaknya Pemerintah Indoensia tidak semudah itu akan mengembalikan dan menerima eks kombatan ISIS beserta keluarga.
Beragam suara penolakan dari masyarakat tanah air. Bagi yang menolak, kombatan ISIS yang balik ke Indonesia akan lebih banyak mudharatnya ketimbang manfaatnya.
Tidak ada jaminan mereka akan menyebarkan faham khilafah ISIS yang akan membahayakan masyarakat Indonesia. Katanya, Mereka telah memilih untuk hengkang dari NKRI artinya sudah siap untuk melepas warga negaranya dan bergabung ke ISIS sebagai system hidupnya.
Kelompok afiliasi ISIS di Indonesia saja sudah cukup meresahkan, apatah lagi jika kombatan tersebut kembali.
Sementara Pemerintah sendiri masih pikir-pikir untuk memulangkan mereka. Kendati ada semacam lampu hijau dari para pengambil kebijakan. Kepala BNPT, Suhardi Alius berpendapat bahwa tidak ada salahnya memberikan kesempatan kedua kepada anak-anak simpatisan ISIS yang ingin kembali ke Indonesia.
Demikian juga Mantan Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu menyatakan bahwa negara siap mengembalikan mereka asal berjanji untuk setia pada Pancasila dan NKRI. Salah satu alasan atau pembenaran negara dalam menerima kembali WNI yang terlunta-lunta di Suriah adalah adanya pergeseran pola pikir dari mereka. Pengalaman derita yang telah mereka dapatkan selama di Suriah cukup menjadi pembelajaran untuk sadar bahwa hidup di Indonesia sangat damai dan nyaman.
Namun apa pun itu, kita berharap agar Pemerintah Indoensia cermat dalam mengambil keputusan. Sebab dua hal yang harus dipastikan oleh negara jika memutuskan untuk memulangkan WNI dari Suriah.
Pertama, bagaimana memastikan ideology mereka untuk bisa kembali ke pangkuan Pancasila dan NKRI.
Kedua, memberikan skema penerimaan dari masyarakat. Sebab, masyarakat tentu akan sulit menerima mereka. Stigma sebagai teroris akan selalu melekat.
Yang kasihan adalah keluarga para kombatan, anak dan istri mereka yang masih punya masa depan dan cita-cita.
KESIMPULAN
- ISIS adalah pecahan dari kelompok al-Qaeda, yang jauh lebih ekstrim dan sadis dalam melakukan pembunuhan dari kelompok al-Qaeda lainnya.
- Mereka lebih tepat untuk disebut sebagai Khawarij kontemporer yang harus dicegah dan diantipasi perkembangannya.
- ISIS adalah kelompok yang menyimpang dari ajaran Islam baik secara doktrin maupun prilaku.
- Segala sikap dan prilaku mereka tidak boleh disandarkan kepada Islam, apalagi dikatakan sebagai ajaran Islam.
- Setiap muslim hendaknya melakukan kewaspadaan diri dan keluarga mereka dari pengaruh doktrin dan gerakan ISIS. Wallahu mustaan