sorbansantri.com – Diantar amalan amalan yang sering dilakukan oleh warga Nahdhiyyin adalah amalan yang berupa membaca tahlil. Redaksi Tahlil sering digugat oleh orang orang Wahhabi, karena dianggap mencampur bacaan ayat ayat al Qur an dengan dzikir dzikir yang lain.
Apakah bisa dibenarkan mencampur ayat ayat alQur an dengan dzikir yang lain ?
Mari kita lihat keterangan dibawah ini.
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِ قَالَ: إِنَّ لِلهِ سَيَّارَةً مِنَ الْمَلَائِكَةِ يَطْلُبُوْنَ حِلَقَ الذِّكْرِ فَإِذَا أَتَوْا عَلَيْهِمْ وَحَفُّوْا بِهِمْ ثُمَّ بَعَثُوْا رَائِدَهُمْ إِلَى السَّمَاءِ إِلَى رَبِّ الْعِزَّةِ تَبَارَكَ اللهُ تَعَالَى فَيَقُوْلُوْنَ: رَبَّنَا أَتَيْنَا عَلَى عِبَادٍ مِنْ عِبَادِكَ يُعَظِّمُوْنَ آلاَءَكَ وَيَتْلُوْنَ كِتَابَكَ وَيُصَلُّوْنَ عَلَى نَبِيِّكَ مَحَمَّدٍ وَيَسْأَلُوْنَكَ لِآخِرَتِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ فَيَقُوْلُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: غَشُّوْهُمْ بِرَحْمَتِي فَيَقُوْلُوْنَ يَارَبِّ إِنَّ فِيْهِمْ فُلَانًا الْخَطَّاءَ إِنَّمَا اعْتَنَقَهُمْ اِعْتِنَاقًا فَيَقُوْلُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى غَشُّوْهُمْ رَحْمَتِي فَهُمُ الْجُلَسَاءُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيْسُهُم
(رواه البزار قال الحافظ الهيثمي في مجمع الزوائد: إسناده حسن, والحديث صحيح أو حسن عند الحافظ ابن حجر, كما ذكره في فتح الباري 11/212)
Artinya : Dari Anas Nabi bersabda: sesungguhnya Allah memiliki para malaikat yang selalu mengadakan perjalanan mencari majelis-majelis dzikir. Apabila para malaikat itu mendatangi orang-orang yang sedang berdzikir dan mengelilingi mereka, maka mereka mengutus pemimpin mereka ke langit menuju Tuhan Maha Agung – Yang Maha Suci dan Maha Luhur. Para malaikat itu berkata: wahai tuhan kami, kami telah mendatangi hamba-hamba-Mu yang mengagungkan nikmat-nikmat-Mu, membaca kitab-Mu, bershalawat kepada Nabi-Mu Muhammad dan memohon kepada-Mu akhirat dan dunia mereka. Lalu Allah menjawab: Naungi mereka dengan rahmat-Ku, Para Malaikat berkata : Wahai Tuhan kami, diantara mereka terdapat orang yang banyak sekali kesalahan kesalahannya,maka Allah menjawab : Naungi mereka dengan rahmatku,mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara karena orang itu ikut duduk bersama mereka.
(HR. Al-Bazar. Al-Hafizh al-Haitsami berkata dalam Majma al-Zawaid [16769, juz 10, hal 77]: “Sanad hadits ini hasan”. Menurut al-Hafizh Ibn Hajar, “Hadits ini shahih dan hasan”).
Kesimpulan.
Hadist diatas membolehkan merangkai bacaan ayat ayat al Qur an dengan dzikir2 yang lain, sebagaimana yang ada dalam susunan Tahlil.
Syekh Ibnu Taimiyyah ( ideolog pertama kaum Wahhabi ), ditanya tentang susunan dzikir semacam Tahli, beliau menjawab :
وَسُئِلَ: عَنْ رَجُلٍ يُنْكِرُ عَلَى اَهْلِ الذِّكْرِ يَقُوْلُ لَهُمْ: هَذَا الذِّكْرُ بِدْعَةٌ وَجَهْرُكُمْ فِي الذِّكْرِ بِدْعَةٌ وَهُمْ يَفْتَتِحُوْنَ بِالْقُرْآنِ وَيَخْتَتِمُوْنَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ لِلْمُسْلِمِيْنَ الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ وَيَجْمَعُوْنَ التَّسْبِيْحَ وَالتَّحْمِيْدَ وَالتَّهْلِيْلَ وَالتَّكْبِيْرَ وَالْحَوْقَلَةَ وَيُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ ؟ فَأَجَابَ: الاِجْتِمَاعُ لذِّكْرِ اللهِ وَاسْتِمَاعِ كِتَابِهِ وَالدُّعَاءِ عَمَلٌ صَالِحٌ وَهُوَ مِنْ أَفْضَلِ الْقُرُبَاتِ وَالْعِبَادَاتِ فِي الْاَوْقَاتِ فَفِي الصَّحِيْحِ عَن النَّبِيِّ أَنَّهُ
قَالَ: (إِنَّ لِلهِ مَلَائِكَةً سَيَّاحِيْنَ فِي الْأَرْضِ فَإِذَا مُرُّوا بِقَوْمِ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوْا إِلَى حَاجَتِكُمْ) وَذَكَرَ الْحَدِيْثَ وَفِيْهِ (وَجَدْنَاهُمْ يُسَبِّحُوْنَكَ وَيَحْمَدُوْنَكَ)… وَأَمَّا مُحَافَظَةُ الْإِنْسَانِ عَلَى أَوْرَادٍ لَهُ مِنَ الصَّلَاةِ أَوِ الْقِرَاءَةِ أَوْ الذِّكْرِ أَوْ الدُّعَاءِ طَرَفَي النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ وَغَيْرُ ذَلِكَ: فَهَذَا سُنَّةُ رَسُوْلِ اللهِ وَالصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَادِ اللهِ قَدِيْمًا وَحَدِيْثًا. (مجموع فتاوى ابن تيمية, 22/520).
Artinya : Ibn Taimiyah ditanya tentang seseorang yang memprotes ahli dzikir (berjamaah) dengan berkata kepada mereka “Dzikir kalian ini bid’ah, mengeraskan suara yang kalian lakukan juga bid’ah. Mereka memulai dan menutup dzikiirnya dengan al-Qur’an, lalu mendoakan kaum muslimin yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Mereka mengumpulkan antara tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir, hauqalah (laa haula wa laa quwwata illa billaah) dan bershalawat kepada Nabi ?” Lalu Ibnu Taimiyah menjawab: berjamaah dalam berdzikir, mendengarkan al-Qur’an dan berdoa adalah amal soleh, termasuk qurban dan ibadah yang paling utama dalam setiap waktu. Dalam Shahih al-Bukhari, Nabi bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki banyak malaikat yang selalu bepergian di muka bumi. Apabila mereka bertemu dengan sekumpulan orang yang berdzikir kepada Allah, maka mereka memanggil, “Silahkan sampaikan hajat kalian”, lanjutan hadits tersebut terdapat redaksi, “Kami menemukan mereka bertashbih dan bertahmid kepada-Mu” …Adapun memelihara rutinitas aurad (bacaan wirid) seperti shalat, membaca al-Qur’an, berdzikir atau berdoa, setiap pagi dan sore serta sebagian waktu malam dan lain-lain, hal ini merupakan tradisi Rasulullah dan hamba-hamba Allah yang shaleh, zaman dulu dan sekarang.” (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, Juz 22, hal 520).
Dengan demikian, maka kita kaum nahdhiyyin jangan pernah ragu, dalam mengamalkan amalan amalan yang telah diwariskan oleh para ulama ulama kita terdahulu, karena semua mempunyai dasar baik dari al Qur an,hadist Nabi,Atsar Sahabat,Maqalah Ulama,dll.
(asnuter pacet)