fbpx

Kisah Mbah Maksum Lasem dan Etnis Tionghoa

  • Bagikan
SORBANSANTRI.COM

Infokom NU- Mbah Maksum dikenal sebagai kiai yang penuh karomah. Banyak kisah yang menegaskan Mbah Maksum sebagai kekasih Allah, salah satunya pernah ditemui Nabi . Beliau mendirikan Pesantren Al-Hidayat Lasem setelah berhenti berdagang, karena mendapatkan petunjuk yang langsung ditemui Nabi Muhammad.

Mbah Maksum bersahabat dekat dengan para kiai besar di Nusantara. Salah satunya adalah KH.M. , KH. Wahab Chasbullah, dan lainnya. Makanya, tidak salah Mbah Maksum masuk sebagai salah satu (NU). Beliau sangat dengan NU, dan mengajak santri-santrinya untuk berjuang di NU.

hidup Mbah Maksum itu moderat, persis dengan jalan perjuangan NU. Makanya, semua yang ada di sekitar Mbah Maksum begitu senang dengan kehadiran beliau. Salah satunya adalah warga Tionghoa, karena Tionghoa banyak yang hidup di Lasem. Mbah Maksum tetap menjaga hubungan baik dengan mereka, tanpa diskriminasi.

Baca Juga  Kontroversi Bea Cukai: Tagihan Puluhan Juta Rupiah untuk Barang Kiriman Luar Negeri Memicu Kontroversi

Ini dikisahkan oleh putri Mbah Maksum, yakni Ibu Nyai Azizah Maksum. Sebelum mendirikan pesantren, kisah Nyai Azizah, Mbah Maksum membangun tujuh masjid yang ada di Lasem. Mbah Maksum ngaji keliling di masyarakat, dari satu ke desa lain di Rembang dan Lasem. Mbak Maksum sangat akrab dengan masyarakat, termasuk dengan warga Tionghoa.

Suatu hari, ada warga Tionghoa yang mengeluh. Ada apa? Ternyata buah mangga miliknya sering hilang karena diambil para santri. Tahu keluhan warga Tionghoa ini, Mbah Maksum segera menelusuri siapa santri yang melakukan itu. Ketika sudah diketahui, maka dipanggillah santri itu, juga warga Tionghoa.

Santri yang mencuri mangga Tionghoa itu kemudian dihukum Mbah Maksum. Santri itu disuruh nungging, lalu dipukul bokongnya. Warga Tionghoa menyaksikan itu di depannya. Santri itu juga disuruh meminta maaf. Dengan itulah, Mbah Maksum mendidik santrinya, sekaligus menjaga hubungan harmonis dengan warga Tionghoa.

Baca Juga  KETURUNAN NABI TAPI BUKAN HABIB

(kalam para ulama’)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan