Mengenang 19 tahun lalu Desember pada tahun 2000, tak banyak orang yang tahu aksi pahlawan ini. Kisah Riyanto Banser NU yang meninggal karena ledakan bom teroris untuk selamatkan jemaat di Gereja Eben Haezer.
Pada malam Natal itu, Riyanto merupakan salah satu dari empat orang Banser NU yang dikirim GP Ansor Mojokerto untuk menjaga perayaan Natal.
Lelaki kelahiran Kediri, 23 November 1975 itu ditugaskan oleh GP Ansor Mojokerto.
Semula, Misa Malam Natal itu berlangsung khusuk, tetapi ternyata hanya berlangsung separuh jalan.
Sekitar pukul 20.30 WIB, seorang jemaat menaruh curiga pada sebuah bingkisan yang tergeletak tak bertuan di depan pintu masuk gereja.
Riyanto pun memberanikan diri membuka bingkisan itu. Ia membongkar kantong plastik hitam itu di hadapan petugas pengamanan gereja, termasuk seorang polisi Polsek setempat. Di dalamnya tampak menjulur sepasang kabel. Tiba-tiba muncul percikan api. Riyanto langsung berteriak sigap, “Tiaraaaapp!” dan kemudian terjadi kepanikan dalam Gereja. Riyanto segera keluar ruangan dan melemparkan bungkusan bom itu ke tong sampah, namun terpental. Ia kemudian berinisiatif mengamankan bom dengan memungut kembali untuk dilemparkan ke tempat yang lebih jauh lagi dari jemaat. Namun, bom meledak dalam pelukan Riyanto sebelum sempat dilempar. Tubuh pria itu terpental, berhamburan. Sekitar 3 jam kemudian, sisa-sisa tubuh Riyanto baru ditemukan di sebelah utara kompleks gereja, sekitar 100 meter dari pusat ledakan. Jari dan wajahnya hancur, Ia pun meninggal seketika.
Seorang yang beragama Muslim sejati yang rela mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan orang lain yang tidak seagama dengannya dan sedang merayakan hari keagamaannya.
Gus Dur pernah berujar, “Riyanto telah menunjukkan diri sebagai umat beragama yang kaya nilai kemanusiaan. Semoga dia mendapatkan imbalan sesuai pengorbanannya.”