Beirut, 7 Oktober 2024 — Situasi di Beirut kian mencekam. Ibu kota Lebanon tersebut berubah menjadi medan baku tembak dan ledakan hebat setelah Israel melancarkan serangan udara terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Serangan ini diklaim sebagai balasan atas serangan roket yang diluncurkan kelompok Hizbullah dari wilayah Lebanon ke Israel.
Pada Senin dini hari, serangkaian ledakan mengguncang Beirut dan beberapa kota di sekitarnya. Pesawat tempur Israel menargetkan instalasi militer Hizbullah, termasuk gudang senjata dan fasilitas pelatihan. Namun, dampak serangan meluas ke permukiman warga sipil. Asap tebal membumbung tinggi di langit Beirut, menggambarkan kondisi kota yang bak ‘neraka’.
Penduduk Beirut menyebut serangan ini sebagai yang paling menghancurkan sejak perang Lebanon-Israel terakhir pada 2006. “Kami terbangun karena suara ledakan yang tak henti-hentinya. Seluruh kota berguncang. Rumah-rumah kami bergetar, dan banyak yang berlarian ke tempat perlindungan darurat,” kata seorang warga yang menolak disebutkan namanya.
Israel mengonfirmasi serangan ini melalui juru bicara militernya. Mereka menyatakan bahwa operasi tersebut merupakan langkah “pencegahan dan perlindungan diri” dari ancaman roket Hizbullah yang telah menargetkan beberapa kota di perbatasan Israel. Pemerintah Israel menyebut tindakan ini sebagai upaya untuk “memastikan keamanan nasional dan menindak tegas milisi Hizbullah yang terus menebar ancaman.”
Sementara itu, di Lebanon, situasi menjadi sangat genting. Para pemimpin Lebanon mengecam serangan tersebut sebagai tindakan agresi yang melanggar kedaulatan negaranya. Perdana Menteri Lebanon mengeluarkan pernyataan resmi yang menyebut serangan Israel sebagai “eskalasi yang tidak dapat dibenarkan” dan menyerukan masyarakat internasional untuk segera campur tangan.
PBB dan beberapa negara besar telah menyuarakan keprihatinannya atas situasi yang terus memburuk. Dewan Keamanan PBB direncanakan mengadakan rapat darurat guna membahas ketegangan yang terjadi di wilayah perbatasan Lebanon-Israel.
Ketegangan antara Hizbullah dan Israel memang sudah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, namun serangan udara kali ini memperparah krisis yang telah menjerumuskan Lebanon ke dalam ancaman konflik skala penuh. Ribuan warga sipil telah meninggalkan rumah mereka untuk mengungsi ke wilayah yang dianggap lebih aman.
Krisis ini berpotensi membawa dampak luas bagi stabilitas Timur Tengah, khususnya dengan keterlibatan aktor-aktor regional dan internasional. Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda perundingan damai, dan situasi di lapangan diperkirakan akan semakin memanas.
Tindak lanjut dari pertempuran ini akan menjadi sorotan dunia internasional, khususnya terkait nasib ribuan warga sipil yang terjebak di tengah-tengah krisis yang sedang berlangsung di Beirut dan wilayah sekitarnya.