SORBAN SANTRI- Mereka sadar untuk menghadapi kontestasi 2024 tanpa dukungan warga NU, mereka akan sangat berat untuk memenangkan pertarungan.
PKS DKI mulai massif mengadakan kajian rutin kitab Hadlratusysyaikh KH. Hasyim Asy’ari, Pencitraan politik semacam ini sudah lumrah dilakukan partai politik untuk menggaet simpatisan dan massa. Pak Anies Baswedan, Gubernur DKI yang kini digadang-gadang bakal maju di 2024 juga telah melakukan berbagai kunjungan ke tokoh-tokoh NU.
Mereka sadar bahwa kekuatan PKS tak akan mampu dapat menarik simpati Bangsa Indonesia yang plural. Citra PKS sebagai partai yang tertutup dan cenderung mendukung gerakan HTI. Kader-kadernya di medsos paling getol melakukan ujaran kebencian terhadap pemerintah dan Pak Jokowi, menyebarkan fitnah dan hoax terhadap Kyai-kyai NU dan banomnya.
Semua itu adalah catatan merah PKS yang tak kan hilang begitu saja dari ingatan Bangsa Indonesia yang cinta damai, cinta kerukunan, dan cinta persatuan Bangsa khususnya warga NU.
NU dan Banomnya itu tidak berpolitik, namun bisa bersinergi dengan pemerintah pusat dan daerah dalam membangun bangsa. Sinergi ini positif dalam tataran hubungan kebangsaan.
Secara individu, apakah warga NU mudah begitu saja melupakan kontestasi Pilpres di 2019 dan pilgub di 2017?
NU, Kyai-kyai NU, banom-banom NU, dan kader-kader NU di medsos selalu menjadi korban dan target ujaran kebencian oleh kelompok pendukung PKS dan Pak Anies. Sungguh tak bisa dilupakan.
Siapa yang paling bisa memenangkan hati warga NU, dia lah pemenangnya.
Sebagai warga NU tentu tak mudah melupakan apa yang sudah terjadi. (Ansor Banser Ngemplak)