fbpx

Gus Dur dan Gus Mus Ngerjain Calon Kiai Gontor

  • Bagikan
SORBANSANTRI.COM

SORBANSANTRI.COM

SORBAN SANTRI- Teh yang digodok panas-panas tentu enak dan bikin semangat. Tapi tidak bagi KH Syukri Zarkasyi (Gontor) saat sowan ke kos-kosan Gus Dur dan .

Ketika kuliah di Kairo, Mesir, Gus Dur suka memelonco pendatang baru dari . Partnernya dalam ‘panitia perpeloncoan’ biasanya adalah KH Mustofa Bisri dari yang kini terkenal sebagai -penyair.

Pada suatu KH Syukri Zarkasyi yang ketika itu pasti belum Kiai Haji —dan menurut Gus Dur “pekerjaannya di Kairo hanya main band tapi pulang-pulang jadi kiai”— ke tempat kos Gus Dur dan Gus Mus. Tentu saja disambut dengan keramahtamahan. Dipersilakan duduk, saling menanyakan keselamatan, di-godog-kan air untuk membuat minuman teh dan seterusnya.

Hanya saja karena namanya saja tempat kos: kamar, dapur, dan ruang ya jadi satu. Maka Gus Syukri melihat segala yang dilakukan oleh tuan rumahnya. Gus Mus mempersiapkan cangkir dan lepek sambil bertanya kepada Gus Dur, “Di mana lapnya tadi?”

SORBANSANTRI.COM
KH Syukri Zarkasyi (Gontor)

Gus Dur berjalan ke sisi almari, mengambil “lap” yang ternyata adalah celana dalam alias sempak. Lalu Gus Dur memberikannya kepada Gus Mus dan diterima dengan wajah dingin, kemudian langsung dipakai untuk ngelap cangkir sambil mengobrol dengan Gus Syukri.

Baca Juga  KIAI YANG LUMPUH PULUHAN TAHUN, TETAP ISTIQOMAH MENGAJAR

Merah-padamlah wajah calon kiai Gontor ini, sekaligus pucat-pasi. Ketika teh sudah tersuguhkan, mau tak mau ia meminumnya, meskipun perasaan dan lidahnya bercampur-aduk.

Sekian lama kemudian baru mereka bertiga tertawa cekakakan. “Cangkir harus dilap dengan kain istimewa yang paling bersih, di antara kain-kain yang ada. Dan kain itu betul-betul gress dari toko, belum pernah dipakai sebagai sempak, karena itu belum bisa disebut sempak,” kata Gus Dur membela diri.

Dalam dunia santri, ngerjain atau memelonco sudah akrab dilakukan. Bukan semata-mata karena tujuan jail atau iseng, dibalik itu agar nantinya timbul keakraban yang selalu membekas bagi mereka.

Menurut Cak Nun ternyata Cerita tadi tidak hanya sekedar Jahil semata, ada filosofis yang sangat dalam dibaliknya.
Menurut Cak Nun’, Cerita Gus Dur di atas kita di ajak untuk melihat esensi, fungsi dan manfaatnya dalam menilai semua hal agar tidak tertipu dengan Bentuk dan identitas. Mengenai Sempak misalnya jika dilihat Bentuk dan identitasnya memang membuat kesan bahwa itu sesuatu yang Kotor (biasa digunakan di selangkangan kaskuser) padahal secara esensi dan fungsinya itu hanya kain yang difungsikan sebagai pembersih noda pada cangkir yang sebenarnya tak ada bedanya dengan kain lap pada umumnya (kain yang difungsikan sebagai alat pembersih). Kalau Pun Mengalami Kebingungan tentang suatu hal yang konteksnya identik dengan cerita gus dur tadi, itu adalah kebingungan budaya bukan kebingungan hakiki.

Baca Juga  Khutbah Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari Berbahasa Sunda Pegon Zaman Jepang

Kembali Menurut Cak Nun Ternyata Cerita itu sengaja di ceritakan langsung Oleh Gusdur kepada Cak Nun Untuk Mengerjainya ,karena Cak Nun adalah santri Gontor.
Coba Anda Bayangkan Bagaimana perasaan anda kalau Guru, ulama yang anda hormati atau idol anda dikerjain seperti Gus Dur mengerjai Kiai Gontor , mungkin itu bisa menggambarkan perasaan Cak Nun waktu itu.

Gus Dur memang terkenal Jahil bahkan dari sejak masih anak-anak. Pernah suatu ketika didalam forum yang dihadiri Gus Dur dan Cak Nun, ternya Gus Dur masih sempet-sempetnya Ngerjain Orang. korbaanya Tidak lain dan tidak bukan adalah Cak Nun sendiri.
Waktu Cak Nun Jamnya Mengisi Acara, Cak Nun kebingungan karena baju yang rencananya akan dipakai pada saat mengisi acara tiba-tiba hilang. sempat dicari kemana-mana tidak ketemu, akhirnya karena sudah waktunya tampil mau tidak mau akhirnya Cak Nun terpaksa naik Kepanggung menggunakan kaos seadanya. Setibanya di panggung ternyata baju yang tiba-tiba hilang tadi telah di pakai Gus Dur, dan dengan entengnya Gus Dur tanya, Cari Apa Cak? (abi sorban)

  • Bagikan

Pesan Bijak