fbpx

ESENSI KHITTAH NU Bagian 1

  • Bagikan
SORBANSANTRI.COM

SORBANSANTRI.COMSORBANSANTRI.COM

SORBANSANTRI.COM

SORBAN Muktamar NU 1984 adalah salah satu momen yang luar biasa, karena pada saat itu diputuskan Khittah NU, keputusan paling fenomenal dari jam’iyah mubarakah ini.

Dalam momen-momen , mesti Khittah NU ini secara otomatis akan keluar. Ujug² kata Khittah menjadi sering di sampaikan oleh banyak pihak dengan tanpa harus memahami apa esensi Khittah itu sendiri.

Formulasi rumusan Khittah NU di Situbondo ini sangat monumental karena menegaskan kembalinya NU sebagai jamiyah diniyah-ijtimaiyah. Rumusan ini mencakup pengertian Khittah NU, -dasar paham keagamaan NU, sikap kemasyarakatan NU, perilaku yang dibentuk oleh dasar-dasar keagamaan dan sikap kemasyarakatan NU, ihtiar-ihtiar yang dilakukan NU, fungsi di dalam jamiyah, dan hubungan NU dengan bangsa.
Tetapi, dalam rangkaian formulasi Khittah ini yang sering di buat rujukan penyebutan kata ini hanya terbatas pada penegasan NU dalam ruang politik, yakni bahwa jam
iyah secara orgnistoris tidak terikat dengan organisasi politik dan organisasi kemasyarakatn manapun.
Coba mari kita tashawwurkan (fikir/angen-angen) kata-kata ini untuk mencapai idrak (pemahaman yang tepat).

Baca Juga  PENGAMANAN DAWUHAN BERSHOLAWAT DAN HALAL BI HALAL

Latar belakang munculnya Khittah, juga patut kita jadikan sebagai tambahan alur logis untuk memunculkan pemahaman tentang konsep ini ; Adalah keberadaan NU yang saat itu berfusi dalam salah satu parpol, yang di situ terkumpul berbagai macam Islam. Kembali lagi NU merasakan pengerdilan seperti masa bergabung dalam MASYUMI, yang di sebut KH. Wahab Hasbullah dengan ukhuwah kusiriyah. Hal ini menyebabkan NU dibidang lainnya tidak maksimal.

Keterlibatan NU dalam politik praktis sebagai parpol, juga di rasakan tidak efektif. KH. Wahid Hasyim adalah figur yang lebih awal yang menginginkan hal tersebut. Baginya, keterlibatan NU dalam gerakan politik, telah membuatnya melupakan diri pada persoalan-persoalan jamaah secara langsung.

Baca Juga  JANGAN PERNAH TINGGALKAN MENGKAJI (MUTHOLA'AH)

KH. Wahid Hasyim -sebagaimana di kutip Greg Fellay ; Ijtihad Politik Ulama : NU 1952 – 1967- menyatakan : “saya sangat prihatin akan prospek politik yang mengalihkan NU dari tanggung jawab dan keagamaannya sehingga ‘kepentingan umat tidak dilayani sebagaimana mestinya’.” (abi sorban)

#
#nderek kyai sampai
#nujamaah-nujamiyah

  • Bagikan

Pesan Bijak