Oleh Asep Safa’at Siregar
sorbansantri.com – Sudah tidak asing bagi kita siapa M Quraish Shihab. Salah satu cendekiawan Muslim asli Indonesia. Karya spektakulernya diantara puluhan atau bahkan ratusan lainnya adalah Tafsir Al-Misbah.
(Tafsir al-Misbah adalah sebuah tafsir al-Quran lengkap 30 Juz pertama dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Warna keindonesiaan penulis memberi warna yang menarik dan khas serta sangat relevan untuk memperkaya khazanah pemahaman dan penghayatan umat Islam terhadap rahasia makna ayat Allah SWT).
Siapa yang menuduh itu?
Mereka ustadz amatir. Mereka yang belajar agama otodidak. Mereka yang paling mementingkan penampilan. Atau bahkan mereka yang bergelar u-lama karena gamis dan serbannya. Mereka yang dinobatkan sebagai ustadz karena pandai ceramah. Mereka yang belajar agama dari google atau YouTube. Mereka semua yang bukan maqam-nya disitu.
Maka jika sekelas Quraish Shihab saja mereka klaim sesat dengan penilaian subjektif semata, kita tidak akan heran bila sekarang ini banyak yang berani terang-terangan menghina atau menghujat para ulama kita.
Mengkritik memang boleh saja, tapi yah… Lihat diri jugalah. Jangan sampai seorang guru bahasa Inggris mengoreksi Ahli Tafsir. Seorang alumni “pesantren kilat” berani mengatakan sesat orang yang bertahun-tahun di pesantren. (Ini permisalan saja, mohon maaf kepada guru 2 bahasa Inggris)
Bukan berarti ahli tafsir dan alumni pesantren nihil salah, bukan. Tapi saya ingin mengatakan tidak pas, tidak cocok atau tidak layak.
Jangan pula kita menuduh seseorang sesat hanya karena keluarganya tidak sesuai pemahaman kita. Misalnya Quraish Shihab dicemooh karena anaknya Najwa Shihab tidak memakai jilbab. Padahal masalah jilbab ada ikhtilaf dikalangan ulama dalam konteks kekinian.
Andaikan saja, benar-benar ada anggota keluarga dari ulama yang sesat, kan tidak boleh juga kita meng-generalisasi Ulamanya (ayahnya) juga sesat.
Apakah kita meragukan kenabian Nuh as karena anak dan istrinya ditenggelamkan Allah karena tidak mendapat hidayah??
Sebaliknya, Apakah kita meragukan kerasulan Ibrahim as hanya karena ayahnya musyrik (penyembah dan produsen patung berhala)? (abi sorban)