fbpx

Mereka Yang Menyimpang dari Ahlusunnah Waljamaah

  • Bagikan
SORBANSANTRI.COM

Cyberaswaja.online| Sooko, Pada Nasional dengan tema mengungkap Fakta pemalsuan, penyisipan dan penyelewengan kitab kitab Ulama Ahlusunnah waljamaah yang diselenggarakan oleh Yayasan Syahama bekerjasama dengan lembaga lembaga PCNU Kab. Mojokerto, H. Muhyidin Fatah, MA menyampaikan bahwa menjadi golongan Ahlusunnah wal merupakan anugerah yang patut disyukuri. Sebab golongan ini merupakan amanat dari hadis hadis Nabi yang bertebaran dalam berbagai . Dan juga merupakan golongan yang mayoritas dan para ulama telah bersepakat dengan keyakinan dari ahlusunnah waljamaah sendiri. Ia tidak mungkin sesat, sebab ia diikuti banyak ulama. Dan tidak mungkin mayoritas ulama bersepakat dalam kesesatan.

FOTO: KETUA PC NU KAB.MOJOKERTO BESERTA JAJARAN PADA SEMINAR NASIONAL ASWAJA
FOTO: KETUA PC NU Kab.Mojokerto bersama Pengurus dan Pantia 

-faham yang bersebrangan dengan Ahlusunnah Waljamaah itu, kata Ustad Muhyidin Fattah “seperti penyakit anjing gila. Yang menular cepat ke otak otak manusia. Dan betapa sulitnya menyadarkan orang orang yang terkena penyakit ini”.

Diantara golongan yang menyimpang adalah kaum mujasimah yang menyatakan Allah itu berjisim. Mereka katakan Allah itu berjarak dan berukuran. Dan betapa sesatnya keyakinan ini.

Faham-faham yang menyimpang itu sesungguhnya dimulai ketika menyerang ke berbagai wilayah. Dan banyak diantara penduduk suatu wilayah itu yang kemudian masuk Islam. Tetapi orang orang mereka masih membawa keyakinannya. Dan diperparah lagi dengan lemahnya penguasaan bahasa Arab, sehingga ajaran Islam menjadi salah dipahami.

Baca Juga  KHUTBAH JUM'AT: Berpegang Teguh pada Ajaran ASWAJA

Banyak faham faham menyimpang ini kemudian berkembang, bahkan menjadi gerakan gerakan masif. Gerakannya pun tak sekadar mengembangkan massanya tetapi juga menyelewengkan kitab-kitab Ahlusunnah Waljamaah. Dan dalam buku yang ditulis oleh Ustad Muhyidin Fattah MA, banyak mengungkap penyelewengan-penyelewengan itu dari berbagai kitab yang diterbitkan oleh penerbit penerbit .

Sementara itu, KH. Maruf Khozin, Direktur Aswaja Center Jawa Timur menyampaikan “meskipun ada upaya upaya penghilangan jejak peran ulama salaf dan kehidupan salaf masa lalu dengan ragam tradisinya, tetapi bukti bukti sejarah ulama di masa silam tidak dapat dihilangkan begitu saja”.

KH. Maruf Khozin mencontohkan makam para ulama yang memiliki kubah masa lalu di baqi. Beliau mengutip dawuh Al Hafidz Adz-Dzahabi:

ﻭَﻣَﺎﺕَ ﺳَﻨَﺔَ اﺛْﻨَﺘَﻴْﻦِ ﻭَﺛَﻼَﺛِﻴْﻦَ ﻓَﺼَﻠَّﻰ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻋُﺜْﻤَﺎﻥُ ﻭَﺩُﻓِﻦَ ﺑِﺎﻟﺒَﻘِﻴْﻊِ. ﻭَﻋﻠَﻰ ﻗَﺒْﺮِﻩِ اﻟﻴَﻮْﻡَ ﻗﺒﺔ ﻋﻈﻴﻤﺔ ﻣِﻦْ ﺑِﻨَﺎءِ ﺧُﻠَﻔَﺎءِ ﺁﻝِ اﻟﻌَﺒَّﺎﺱِ.

Abbas bin Abdul Muthalib wafat pada 32 H. Dishalati oleh Utsman dan dimakamkan di Baqi’. Di atasnya ada Kubah besar yang dibangun oleh Para Bani Abbasiyah (Siyar A’lam An-Nubala’ 3/401)

Baca Juga  Haul KH.MUSTHOFA bin SINGOKERTO Canggu Jetis mojokerto di era pandemi covid-19

Pentahqiq kitab tersebut yakni syekh Syuaib Al Arnauth menyatakan:

هذا كان في عصر المؤلف أما الآن فلم يبق لها أثر

“Kubah ini ada di masa Adz-Dzahabi (748 H). Sekarang sudah tidak ada bekasnya”

Apakah makam yang dibangun dan memiliki kubah tidak sesuai dengan tuntutan Islam? KH. Khozin mengutip pendapat Syekh Sulaiman Al-Jamal:

ﻭَﻣَﺤَﻞُّ ﺫَﻟِﻚَ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ اﻟْﻤَﻴِّﺖُ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ اﻟﺼَّﻼَﺡِ ﻭَﻣِﻦْ ﺛَﻢَّ ﺟَﺎﺯَﺕْ اﻟْﻮَﺻِﻴَّﺔُ ﺑِﻌِﻤَﺎﺭَﺓِ ﻗﺒﻮﺭ اﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﻟِﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﺇﺣْﻴَﺎءِ اﻟﺰِّﻳَﺎﺭَﺓِ ﻭَاﻟﺘَّﺒَﺮُّﻙِ اﻩـ. ﺣ ﻟ

“Larangan membangun kuburan itu selama mayitnya bukan ulama. Jika makam ulama maka boleh membangun kuburan ulama, sebab hal itu dapat menghidupkan ziarah kubur dan mencari berkah dari Allah -Alhalabi-“ (Hasyiah Al Jamal 2/207)

Selanjutnya KH. Maruf Khozin menyorot makam Nabi Muhammad yang pernah pula hendak dihancurkan kaum wahabi. Tetapi beruntung atas jasa KH. Wahab Hasbullah makam Nabi Muhammad masih ada dan seluruh umat Islam bisa berziarah di makam beliau. (Isno)

penulis : ISNO

editor :

  • Bagikan

Pesan Bijak