SORBAN SANTRI- Yah itulah kitab beliau yang berjudul RISALAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH, diantara isinya adalah:
(kitab bisa dilihat di sini
Di antara penyebab muncul dan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam Islam menurut KH Muhammad Hasyim Asy’ari adalah:
- Tidak menguasai seluk beluk bahasa Arab yang sesuai dengan zaman turunnya wahyu dan juga tidak menguasai berbagai gaya bahasa (Asälïb) dalam bahasa Arab. Mbah Hasyim Asy^ari menegaskan bahwa sekian banyak orang tersesat dari jalan yang benar (aqidah & pemikirannya sesat) dikarenakan mengikuti pemahaman orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang berbagai gaya bahasa dalam bahasa arab. Beliau menyatakan: “Al Ashmu^i meriwayatkan dari al Khalïl dari Abü ^Amr ibn al ^Ala-‘, ia berkata: “أَكْثَرُ مَنْ تَزَنْدَقَ بِالعِرَاقِ لِجَهْلِهِمْ بِالعَرَبِـيَّةِ”. “Kebanyakan orang yang menjadi kafir zindik di Irak disebabkan kebodohan mereka tentang bahasa Arab.”
- Tidak Memiliki Perangkat Keilmuan yang Cukup Ketika menjelaskan kewajiban bermadzhab bagi orang awam, Mbah Häsyim Asy^ari menjelaskan bahwa pemahaman orang awam tidak diperhitungkan sama sekali, selama tidak sesuai dengan pemahaman para ulama yang mu’tabar (Ahlul Haqq al Akäbir al Akhyär).
Karena sesungguhnya timbulnya masalah bukan berada pada teks-teks al Qur’an ataupun hadits-hadits yang shahih, melainkan terletak pada pemahaman yang keliru (bodoh bergaya mampu) terhadap teks-teks tersebut.
Oleh karenanya, setiap ahli bid^ah dan orang yang tersesat-pun mengaku memahami ajaran-ajaran mereka yang batil dari al Kitab dan as-Sunnah.
Demikian penting kaedah ini untuk diikuti dan diamalkan, sehingga Mbah Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa seseorang yang bukan mujtahid mutlak diharuskan bertaklid (mengikuti) kepada salah satu madzhab empat dan tidak boleh memahami sendiri dan beristidläl (mengambil hukum) langsung dari ayat-ayat al Qur’an dan hadits-hadits Nabi.
Oleh karenanya, mari warga NU berhati-hatilah dalam memilih guru, ketahuilah kebenaran (carilah ilmu) dari guru yang tsiqoh, mumpuni (pemahamannya sohih) dan bersanad jelas, terlebih dalam mengaji tentang aqidah.
Tiadalah kegiatan yang lebih mulia dibanding dengan mengaji, mengaji dan mengaji.
(KH. Muhammad Häsyim Asy^ari –rohimahuLlöh–, Risälah Ahl as-Sunnah wa al-Jamä^ah fi Hadïts al-Mawtä wa Asyräth as-Sä^ah wa Bayän Mafhüm as-Sunnah wa al-Bid^ah, hlm. 13) (pcnu brebes)