Jakarta, 13 September 2024 – Dompet Dhuafa, lembaga filantropi Islam terkemuka di Indonesia, baru-baru ini mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Peran Agama dan Budaya dalam Pemberdayaan Masyarakat.” Diskusi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam bagaimana agama dan budaya dapat menjadi pilar utama dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Acara FGD yang berlangsung di Jakarta tersebut menghadirkan sejumlah narasumber terkemuka dari berbagai latar belakang, termasuk ulama, akademisi, dan praktisi sosial. Mereka membahas berbagai topik, mulai dari pemanfaatan nilai-nilai agama dan budaya dalam menggerakkan masyarakat, hingga strategi implementasi program pemberdayaan yang berbasis komunitas.
Peran Sentral Agama dan Budaya
Dalam FGD tersebut, Direktur Utama Dompet Dhuafa, Rahmad Hidayat, menekankan pentingnya peran agama dan budaya sebagai fondasi untuk membangun karakter dan kesejahteraan masyarakat. “Agama dan budaya memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk nilai-nilai, norma, dan perilaku. Pemberdayaan masyarakat yang berpijak pada nilai-nilai ini akan memiliki landasan yang lebih kokoh,” ujar Rahmad.
Salah satu pembicara, Profesor Ma’ruf Rahman, ahli sosiologi agama, menambahkan bahwa agama dan budaya harus ditempatkan sebagai aset sosial yang bisa digunakan untuk memperkuat solidaritas komunitas. “Ketika agama dan budaya dihargai dan diberdayakan, mereka dapat menjadi instrumen untuk mengatasi berbagai tantangan sosial dan ekonomi,” jelasnya.
Strategi Implementasi yang Berkelanjutan
Dompet Dhuafa juga menggarisbawahi perlunya pendekatan holistik dalam pemberdayaan masyarakat. Dengan menggunakan kerangka nilai agama dan budaya, diharapkan program-program yang digelar akan lebih diterima oleh masyarakat lokal dan memberikan dampak jangka panjang yang lebih signifikan.
Sebagai contoh, program pemberdayaan ekonomi yang mengintegrasikan pelatihan keterampilan dengan pendekatan budaya setempat dinilai lebih berhasil karena mampu membangun rasa memiliki di kalangan peserta. “Program yang berakar pada nilai-nilai lokal dan budaya memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi, karena melibatkan emosi dan identitas masyarakat secara mendalam,” tambah Rahmad.
Harapan untuk Masa Depan
Melalui FGD ini, Dompet Dhuafa berharap dapat menyusun strategi yang lebih efektif dalam menggabungkan nilai agama dan budaya ke dalam setiap program pemberdayaan yang digelar. Diskusi ini juga diharapkan mampu membuka jalan bagi kolaborasi lintas sektor, baik dengan pemerintah, swasta, maupun komunitas lokal.
“Semoga melalui inisiatif ini, kami dapat memperkuat misi kami dalam membangun masyarakat yang lebih mandiri, sejahtera, dan berdaya, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan budaya,” tutup Rahmad.