Tel Aviv, 20 November 2024 — Ketegangan di kawasan Timur Tengah kembali memuncak setelah serangan masif yang dilancarkan oleh kelompok Hizbullah, Selasa pagi waktu setempat. Sebanyak 170 rudal dilaporkan menghujani beberapa wilayah di pusat Israel, menyebabkan kerusakan infrastruktur, korban jiwa, serta kepanikan di tengah masyarakat.
Menurut laporan media lokal, rudal-rudal tersebut menghantam sejumlah area strategis, termasuk kawasan permukiman dan fasilitas penting di sekitar Tel Aviv. Pihak berwenang Israel segera membunyikan sirene peringatan dan mengaktifkan sistem pertahanan udara Iron Dome. Namun, sejumlah rudal dilaporkan berhasil lolos dari sistem pertahanan tersebut.
“Kami mendengar suara ledakan yang sangat keras. Orang-orang berlari mencari perlindungan. Situasinya benar-benar kacau,” ujar seorang warga Tel Aviv kepada media setempat.
Kementerian Kesehatan Israel melaporkan setidaknya 12 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis. Selain itu, sejumlah bangunan dilaporkan mengalami kerusakan parah, termasuk sekolah, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya.
Respons Israel
Pemerintah Israel dengan cepat merespons serangan ini. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut tindakan Hizbullah sebagai “serangan teroris yang brutal dan tak bisa diterima.” Ia menegaskan bahwa Israel akan membalas serangan ini dengan kekuatan penuh.
“Kami tidak akan tinggal diam menghadapi ancaman terhadap rakyat dan kedaulatan kami. Hizbullah akan merasakan konsekuensi dari tindakan mereka,” ujar Netanyahu dalam konferensi pers darurat.
Militer Israel (IDF) segera melancarkan serangan balasan ke sejumlah target yang diduga menjadi basis Hizbullah di Lebanon selatan. Serangan udara ini dilaporkan menghancurkan beberapa gudang senjata dan pos komando milik kelompok tersebut.
Tanggapan Hizbullah
Sementara itu, Hizbullah mengklaim bahwa serangan ini merupakan respons atas tindakan Israel yang dianggap melanggar perbatasan Lebanon dan serangan sebelumnya di wilayah Palestina. Dalam pernyataan resminya, Hizbullah menyebut bahwa aksi ini adalah “peringatan keras” agar Israel menghentikan agresinya di kawasan.
“Kami tidak akan tinggal diam ketika tanah air kami diinjak-injak. Serangan ini adalah pesan tegas bahwa perlawanan kami tidak akan pernah berhenti,” kata juru bicara Hizbullah.
Situasi Regional Memanas
Serangan ini memicu kekhawatiran internasional bahwa konflik di kawasan dapat semakin meluas. Dewan Keamanan PBB dijadwalkan akan menggelar pertemuan darurat untuk membahas situasi ini. Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Rusia, menyerukan agar kedua pihak segera menahan diri guna mencegah eskalasi lebih lanjut.
Namun, hingga kini, ketegangan antara Israel dan Hizbullah terus meningkat. Suara sirene dan ledakan masih terdengar di beberapa wilayah, menandakan bahwa situasi masih jauh dari kata aman.
Dampak bagi Warga Sipil
Warga sipil menjadi pihak yang paling terdampak dalam konflik ini. Ribuan orang dilaporkan mengungsi ke tempat yang lebih aman, sementara aktivitas sehari-hari lumpuh total. Layanan transportasi umum dihentikan, dan sekolah-sekolah di seluruh wilayah pusat Israel ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut.
“Ini adalah mimpi buruk bagi kami. Kami hanya berharap perdamaian segera kembali,” kata seorang warga yang mengungsi bersama keluarganya.
Konflik ini menunjukkan betapa rapuhnya stabilitas di kawasan Timur Tengah. Ketegangan yang terus memanas dapat memicu krisis kemanusiaan yang lebih besar jika tidak segera diredam.