SORBAN SANTRI- Lagi-lagi terjadi di Indonesia. Hak beribadah dijadikan musyawarah. Musyawarahnya pun musyawarah tanpa peri kemanusiaan dan peri keadilan. Sama sekali tidak ada perwakilan dari gereja, lembaga Kristen, Bimas Kristen atau setidaknya dari FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama). Lalu setelah itu pihak desa sok bijak meminta Sumarmi memenuhi persyaratan SKB dua menteri sebelum melakukan pembangunan rumah ibadah. Sementara sebelumnya, renovasi rumah Sumarmi tiba-tiba jadi polemik setelah berhembus kabar bahwa kediaman Sumarmi akan dijadikan gereja gara-gara bentuk renovasi rumahnya menyerupai gereja lengkap dengan glassblock salib di eksterior depan bagian atas. Sumarmipun sudah mengalah menghilangkan glassblock itu sehingga tidak ada salib.
Kepada NU Dan Banser Mojokerto. Bersediakah Kalian Menolong Kami Lagi?
Melihat kelakuan mereka yang seperti ini, mungkinkah ijin mendirikan gereja di rumah Sumarmi didapatkan? Sementara melihat salib doang berupa glassblock, mereka sudah ketakutan kejang-kejang begitu. Trus gaya-gaya mau mengijinkan sebuah gereja berdiri di sana? Ngga mungkin banget khan.
Yang menyakitkan adalah saat kegiatan ibadah dan doa bersama umat Kristen dianggap sebagai kegiatan yang meresahkan warga. Sekarang mari kita bayangkan jika ada warga minoritas mengatakan ibadah dan doa bersama umat mayoritas adalah kegiatan yang meresahkan warga. Pasal penistaan pasti langsung bicara. Dari kasus inilah saya menumpahkan semua isi hati saya dalam artikel ini. Sejahat itukah kalian memperlakukan orang lain, sementara diri kalian sendiri tak suka diperlakukan seperti itu? Lalu kepada siapakah kami warga minoritas bisa mengadu tentang ketidakadilan seperti ini selain kepada Tuhan?
Mengadu pada Presiden Jokowi sudah sering kami lakukan lewat banyak tulisan. Tapi tampaknya Jokowi terlalu sibuk dengan pembangunan berderet-deret infrastruktur yang ada. Mengadu pada Menteri Agama “Islam” RI juga sama saja. Inilah yang dinamakan salah mengadu.
Dari sinilah saya langsung teringat pada teman-teman NU dan Banser yang selama ini sangat baik pada kami umat minoritas. Saya terkenang pada Banser Riyanto dari Mojokerto. Atas dasar inilah saya memberanikan diri minta tolong “lagi” pada teman-teman NU dan Banser Mojokerto untuk membantu menyelesaikan masalah intoleransi di sana. Semoga kali ini saya tidak salah mengadu. Amin. Terpujilah Tuhan.
(Berikut adalah berita yang redaksi peroleh dari Group FB yang bersumber dari seword)
(ABI SORBAN)