Sorbansantri.com – Nama Kholid, seorang nelayan asal Serang, menjadi perbincangan hangat usai aksinya dengan lantang menolak keberadaan pagar laut sepanjang 30,16 kilometer di perairan Tangerang. Kholid tak hanya menuai pujian atas keberaniannya, tetapi juga atas prinsip dan alasan yang mendasari sikap tegasnya.
Dalam sebuah unggahan di akun TikTok miliknya, @kholid.miqdar, Minggu (26/1/2025), Kholid menyampaikan alasan di balik keberaniannya berbicara blak-blakan terkait proyek yang ia nilai merugikan masyarakat kecil, khususnya nelayan.
“Kita sebagai masyarakat sudah terlalu diinjak-injak. Bahkan diinjak di dataran paling bawah, sehingga sudah tidak ada lagi tempat bagi kami. Maka, ini loncatan tertinggi, meledak, viral,” ujar Kholid.
Dia juga menegaskan bahwa keberaniannya bukanlah semata karena kemampuan dirinya sendiri, melainkan sebuah bentuk kehendak Tuhan untuk membantu masyarakat yang merasa terzalimi.
“Ini kehendak Allah, mungkin ini cara Allah mendengar jeritan masyarakat yang terzalimi,” lanjutnya.
Keteguhan Prinsip dan Keberanian Melawan Keserakahan
Ketika ditanya alasan mengapa ia tak gentar memprotes pagar laut Tangerang, Kholid dengan santai menjawab, “Pertanyaan ringan,” sambil tersenyum.
Menurutnya, segala sesuatu yang ada di muka bumi adalah milik Sang Pencipta. Baginya, tak ada alasan untuk takut menghadapi manusia lain, termasuk mereka yang ia anggap serakah dan rakus.
“Selain Tuhan Yang Maha Esa (Allah), semua kekuasaan di muka bumi ini lenyap. Harta, ketenaran, kehebatan, semuanya punah. Yang saya hadapi adalah keserakahan dan kerakusan,” tegasnya.
Lebih jauh, Kholid mengaku tak takut kehilangan nyawa akibat perjuangannya ini. Baginya, kehidupan di dunia hanyalah persinggahan sementara.
“Takut sama siapa? Hidup ini tidak selesai di dunia. Mati itu seperti telur menetas, kita pindah ke alam yang lebih luas,” ungkapnya penuh keyakinan.
Penderitaan yang Telah Lama Dialami
Kholid juga membagikan kisah perjuangannya melawan ketidakadilan yang dialami para nelayan sejak 2005. Ia mengungkapkan bagaimana proyek reklamasi di Teluk Jakarta, termasuk pembangunan Pantai Indah Kapuk (PIK 1), telah menimbulkan penderitaan bagi masyarakat pesisir Banten.
Kala itu, ia bersama nelayan lainnya menggugat aktivitas penambangan pasir laut yang digunakan untuk reklamasi. Perjuangan mereka membuahkan hasil pada 2016, ketika gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dikabulkan, tepat di masa peralihan gubernur dari Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ke Anies Baswedan.
“Waktu itu, alhamdulillah menang gugatan. Saya bisa nangkap ikan lagi,” kenangnya.
Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Kholid kembali merasa ruang geraknya terbatas akibat adanya pagar laut di perairan Tangerang, yang ia klaim dibangun oleh korporasi besar.
“Kalau lihat bangunan pagar itu, tidak mungkin dilakukan oleh orang tidak punya duit. Kalau ada yang percaya, ya perlu dibawa ke psikiater,” tegas Kholid.
Ia juga mengungkapkan bahwa pekerja yang memasang pagar tersebut mengaku diperintah oleh sebuah korporasi ternama di Jakarta.
Simbol Perjuangan Nelayan
Keberanian Kholid bukan hanya menjadi suara bagi dirinya sendiri, tetapi juga simbol perjuangan bagi para nelayan lain yang terdampak oleh proyek-proyek besar yang dianggap menyingkirkan hak masyarakat kecil.
Dengan keyakinan yang kuat, Kholid berharap bahwa perjuangannya bisa membuka mata banyak pihak, sekaligus membawa perubahan yang lebih baik bagi masyarakat pesisir. “Dunia ini hanya persinggahan, tapi keadilan harus ditegakkan di sini,” pungkasnya. (AI SorBan)
@beritasorban Seorang nelayan asal Serang bernama Kholid mendadak viral karena aksinya yang berani menolak pagar laut di perairan Tangerang. Pagar sepanjang 30,16 kilometer itu dianggap merugikan para nelayan kecil. Kholid menyebut proyek ini didalangi korporasi besar dan merasa masyarakat kecil telah diinjak-injak haknya. Dalam sebuah video, Kholid mengaku tak takut melawan keserakahan, bahkan mempertaruhkan nyawanya. "Hidup di dunia ini cuma persinggahan," tegasnya. Sebelumnya, Kholid juga pernah memenangkan gugatan terkait reklamasi Pantai Indah Kapuk di tahun 2016. Namun kini, ia kembali menghadapi batasan ruang gerak akibat proyek pagar laut tersebut. Keberanian Kholid menjadi simbol perjuangan para nelayan yang mencari keadilan. "Ini cara Tuhan mendengar jeritan masyarakat kecil yang terzalimi," ujarnya. Apa pendapatmu soal perjuangan Kholid? #NelayanBerani #KeadilanUntukRakyat #FYP ♬ suara asli – Sorban Santri