fbpx

HUKUM MENINGGALKAN PUASA RAMADHAN DALAM PERJALANAN

  • Bagikan
SORBANSANTRI.COM

SORBANSANTRI.COMcyberaswaja. Sebagaimana lainnya, Allah SWT memberikan dispensasi Ramadhan terhadap beberapa orang tertentu, salah satunya ialah orang yang berada dalam perjalanan (musafir). Untuk itu, seorang musafir boleh tidak berpuasa dan menggantinya (qadha) di lain waktu dengan beberapa syarat.Pertama, perjalanan yang ditempuh mencapai jarak minimal diperbolehkan meringkas (qashar) salat, yakni minimal 81 KM. Kedua, ia sudah batas daerah tinggalnya minimal sebelum menurut pendapat yang . Namun menurut Imam al-Muzani, ia diperbolehkan tidak puasa meskipun perjalanan baru dilakukan di siang hari. Sebagaimana penjelasan :وَمَنْ أَصْبَحَ فِي الْحَضَرِ صَائِمًا ثُمَّ سَافَرَ لَمْ يَجُزْ لَهُ اَنْ يَفْطَرَ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ وَقَالَ الْمُزَنِّي لَهُ أَنْ يَفْطَرَ كَمَا لَوْ أَصْبَحَ الصَّحِيْحُ صَائِمًا ثُمَّ مَرَضَ فَلَهُ أَنْ يَفْطَرَ .“Barang siapa yang memasuki waktu subuh masih di rumah dalam keadaan puasa, kemudian pergi, maka ia tidak boleh puasanya pada hari itu. Imam al-Muzani berpendapat, bagi orang yang pergi setelah subuh boleh membatalkan puasa sebagaimana orang yang masuk pada waktu subuh dalam keadaan sehat, kemudian mendadak sakit, boleh membatalkan puasa.” (Al-Majmu’Syarh al-Muhadzdzab, VI/260)Apabila telah memenuhi persyaratan tersebut, seseorang boleh tidak berpuasa. Namun yang lebih baik ialah melihat kondisi dirinya ketika berpuasa. Sebagaimana penjelasan Imam Jalaluddin Al-Mahalli:وَيُبَاحُ تَرْكُهُ لِلْمُسَافِرِ سَفَرًا طَوِيلًا مُبَاحًا فَإِنْ تَضَرَّرَ بِهِ فَالْفِطْرُ أَفْضَلُ وَإِلَّا فَالصَّوْمُ أَفْضَلُ“Dan diperbolehkan bagi musafir untuk meninggalkan puasa dalam perjalanan jauh yang dilegalkan. Apabila ia merasa kepayahan akibat puasa, maka meninggalkan puasa lebih baik. Apabila tidak kepayahan, maka tetap puasa justru lebih baik.” (Al-Mahalli Syarh al-Minhaj, II/82)
[]waAllahu a’lam (abi )

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan