Rabu, 24 April 2021 (02.30 WITA)
“Ingat, satu kesalahan kecil saja yang kita lakukan bisa berakibat fatal. Periksa semua bagian dari yang terbesar hingga bagian yang terkecil. Bahkan satu ring baut saja yang terlepas bisa mengantarkan kapal selam ini menuju dasar laut. Faham?!”
“Faham Komandan!”
Suara lantang dari Letkol Laut Heri Oktavian mengawali apel yang dilakukan pada pagi buta diatas geladak kapal selam. Apel tersebut merupakan apel terakhir sebelum dilakukan penyelaman KRI Nanggala-402 pada latihan penembakan senjata strategis TNI AL 2021. Letkol Heri yang ditunjuk sebagai komandan KRI Nanggala mempimpin langsung penyelaman dalam rangka misi latihan tembak torpedo kepala perang.
Tersisa waktu tiga puluh menit sebelum kapal selam Nanggala melakukan penyelaman. Lima puluh dua orang yang mengikuti misi bersama Letkol Heri sibuk mempersiapkan semuanya. Seluruh pasukan berada pada porsinya masing-masing. Mereka terbagi menjadi lima regu dimana masing-masing regu beranggotakan sepuluh hingga sebelas orang. Dibagian Kabin torpedo, Susanto yang dipercaya sebagai penanggung jawab teknis sedang sibuk memeriksa semua bagian sesuai intruksi yang diberikan oleh Letkol Heri. Semua terlihat baik-baik saja dan siap digunakan untuk melaksanakan misi, maka misi pun dimulai.
………………………………………….
Rabu, 24 April 2021 (03.00 WITA)
“Lapor komandan, semua persiapan telah selesai dilakukan, KRI Nanggala-402 siap menjalankan misi, laporan selesai.”
“Laksanakan!”
“Siap laksanakan”
Laporan tersebut menjadi penanda keberangkatan kapal Nanggala melakukan penyelamannya. Perlahan namun pasti kapal selam Nanggala mulai ditelan dinginnya air laut perairan Bali. Semua crew kapal langsung bergegas keposisi masing-masing untuk melaksanakan tugasnya. Dalam waktu singkat Letkol Heri sudah membawa kapal menuju kedalaman tiga belas meter, Titik ideal dimana peluncuran torpedo akan dilakukan. Dari atas kapal induk, para prajurit yang lain menyaksikan proses penyelaman Nanggala secara perlahan sembari berdoa semoga misi ini akan berhasil tanpa ada kendala.
Peluncuran torpedo seharusnya dijadwalkan dilakukan pada pukul 03.46 WITA. Kapal induk sudah memberikan kepada KRI Nanggala untuk melakukan tembakan. Namun dari pengamatan para Rider tim penjejak, tidak ada respon apapun yang terlihat dari KRI Nanggala. Tim penjejak langsung memberikan laporan kepada kapal induk, Kapal induk pun tahu bahwa ada kejanggalan yang terjadi pada misi penyelaman kapal tersbut, Namun belum diketahui pasti apa penyebab KRI Nanggala tidak memberi respon. Semua masih berifikir positif mungkin penyebabnya hanyalah radar komunikasi yang bermasalah.
………………………………………….
Rabu, 24 April 2021 (03.30 WITA)
“Izin melapor kondisi darudat, telah ditemukan retakan pada lambung kapal bagian kabin torpedo dengan diameter retakan 30cm. Air mulai masuk menggenangi kabin, kami regu empat masih mencoba menambal lubang tersebut.”
Semua yang tengah berada diposisi masing-masing dikejutkan dengan teriakan bernada cemas dari susanto melalui walkie talkie yang tersambung ke sound pengeras suara. Hal itu membuat semua orang yang ada juga merasakan kecemasan yang dialami oleh susanto. Semuanya tau retakan sebesar itu sudah sangat mampu membawa KRI Nanggala pada kondisi terburuknya. Seketika semua ilmu yang dipelajari oleh para anggota selama belasan tahun lenyap begitu saja ditelan kegelisahan. Terlihat raut ketakutan dari wajah mereka semua, namun tidak dengan Letkol Heri sang komandan kapal.
“Disini Komandan Heri, semuanya dengarkan intruksi saya dan laksanakan dengan baik. Regu lima silahkan keluar dari kabin generator, dan tutup pintu dengan knock ganda darurat, pastikan air yang ada pada kabin torpedo tidak sampai masuk kedalam ruang generator. Apapun yang terjadi generator harus tertap dalam keadaan menyala. Jika sudah langsung menuju kabin logistik dan bertemu dengan para anggota yang lain disana”
“Siap laksanakan, intruksi diterima”
“Regu empat cepat tinggalkan kabin torpedo menuju kabin logistik. Tunggu sampai regu lima berada disana. Regu tiga persiapkan diri, begitu regu lima dan regu empat sudah berada di kabin logistik, segera tutup pintu dengan knock ganda darurat. Sembari menunggu amankan semua perbekalan dan dokumen yang bisa diselamatkan menuju kabin utama.”
“Siap laksanakan, regu tiga menerima perintah”
Semua bahu membahu melaksanakan perintah yang diberikan oleh Letkol Heri. Kemudi diserahkan kepada Mayor Eko selaku wakil nahkoda. Mayor Eko ditugaskan membawa kapal kepermukaan dengan tetap menajaga kesetabilan kapal agar tidak melakukan gerakan maneuver mendadak. Letkol Heri sendiri langsung pergi ke ruangan pribadinya dan memanggil Letda Adhi untuk membahas kemungkinan terburuk yang akan terjadi.
Lettu Imam Adi adalah orang yang bertugas dibagian elektronika deteksi, semua seluk beluk tentang kapal ini telah ia ketahui. Lettu adi mempunyai perhitungan yang akurat yang bisa dipercaya sebagai pengambil kebijakan.
Setelah berhadapan dengan Letkol Heri, Lettu adi langsung cekatan menjelaskan keadaan kapal secara detail. Dengan nada tergetar mencoba mengendalikan diri, ia mulai menjelaskan semuanya.
“Saat ini air sudah mulai memasuki lambung kapal dibagian kabin torpedo. Ada waktu sekitar 7 jam untuk kabin torpedo benar-benar terisi air hingga penuh. Selama itu tekanan air menuju ruang generator masih bisa dikatan aman. Untuk kapal keluaran tahun 1980an seperti Nanggala ini, generator tidak akan mampu menyuplai tenaga baling-baling untuk bisa kembali naik ke permukaan dengan kondisi lambung tengah terisi air. Opsi yang paling bisa diambil adalah menghemat energi generator agar bisa digunakan untuk tetap memancarkan sonar agar kapal ini bisa ditemukan. ini juga bisa menambah ketersediaan oksigen di kapal ini menjadi lebih lama lagi. Tapi itu artinya kita harus mamatikan baling-baling dan membiarkan kapal ini tenggelam lebih dalam lagi. Yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu bantuan dari permukaan datang. Bagaimana komandan, silahkan dipertimbangkan?”
Letkol Heri hanya menatap dengan tatapan serius tanpa memberikan jawaban apapun. Perawakan gagahnya tak dapat menyembunyikan kebimbangan yang tergurat pada raut wajahnya. Sejenak Letkol Heri terdiam. Setelah menghela nafas panjang letkol heri berkata dengan nada berat dan suara lemas.
“Yha sudah, jika memang itu yang terbaik mari kita lakukan. Semoga kita semua selalu dalam Rahman Rahimnya Tuhan yang maha Esa.”
………………………………………….
Rabu, 24 April 2021 (05.15 WITA)
Helikopter yang diterbangkan dari KRI I Gusti Ngurah Rai selama sekitar satu jam tidak mendapatkan hasil apapun, Citra deteksi visual yang dicari tak kunjung ditemukan. Jika mengikuti prosedur yang telah terjadwalkan seharusnya KRI Nanggala sudah kembali ke permukaan pada pukul 05.15 WITA. Namun Hingga helikopter mendarat, tak ada tanda-tanda kapal selam tersebut menampakkan dirinya.
“Lakukan prosedur Sublook!”
Perintah Kapten KRI I Gusti Ngurah Rai kepada semua pasukan. Itu artinya KRI Nanggala benar-benar tenggelam dan harus segera dilakukan tindakan penyelamatan. Semua berjibaku dengan waktu melakukan upaya pencarian dengan semua pasukan yang ada pada latihan tersebut. Kapal, Helikopter, Penyelam, semua tenaga yang ada dikerahkan untuk bisa sesegera mungkin menemukaan koordinat lokasi tenggelamnya kapal.
Sekitar satu jam melakukan pencarian dengan tidak kunjung menemukan titik terang, akhirnya tepat pada pukul 06.46 WITA status ditingkatkan menjadi Submiss. Submiss diambil manakala sublook tak dapat memastikan keselamatan kapal selam yang hilang, tetapi masih diragukan apakah sudah tenggelam atau tidak karena buktinya belum ada. Pada fase submiss, pencarian skala penuh dilakukan.
Mulai detik itu semua armada Angkatan Laut diterjunkan untuk membantu pencarian. Tak kurang dari enam belas kapal terlibat dalam pencarian Nanggala. Semuanya berjuang tanpa patah semangat mencoba mencari keberadaan kapal yang di juluki “Sang Monster Bawah Laut”
………………………………………….
Rabu, 24 April 2021 (07.08 WITA)
“Kira-kira sampai kapan oksigen yang kita punya dapat bertahan?”
Letkol heri bertanya kepada Lettu Adi.
“Jika generator listrik masih bisa terjaga dalam keadaan menyala, maka kita masih mempunyai cadangan oksigen selama 72 jam. Itu artinya kita bertahan hingga hari Sabtu jam 3 pagi.”
Setelah mengucapkan terimakasih, Letkol Heri langsung pergi menuju ruang kendali untuk memonitor semua keadaan yang ada dalam kapal.
Letkol Heri mulai melakukan monitoring kepada semua regu yang ada. Regu lima, empat, dan tiga sudah berhasil mengisolasi aliran air agar tidak merangsek masuk ke kabin lainnya.
Selanjutnya semua orang yang ada di KRI Nanggala diberikan intruksi untuk langsung berkumpul menuju kabin utama. Bersamaan dengan itu, perlahan namun pasti Nanggala mulai turun lebih dalam lagi dan lagi.
Di ruang kabin utama yang berukuran tak lebih dari 8 x 11 meter, berdesakan raut wajah putus asa dari semua orang yang ada disana. Semua sudah mempunyai asumsi tak akan ada yang bisa selamat dari kapal ini. Namun merek mencoba menghibur diri satu sama kain seakan tidak terjadi apa-apa.
“Bagaimana ini ndan, anakku masih kecil-kecil”
Celetuk salah seorang diantara mereka yang sudah tak bisa membohongi diri akan ketakutannya.
“Kalau masih kecil yha dirawat sampai besar toh, Pertanyaanmu aneh aneh saja.
Tenang saja Letkol Heri itu orang yang cerdas, kita semua pasti akan selamat. Kita tunggu saja sebentar, mungkin Letkol Heri masih memikirkan rencana.”
Lettu Adi mencoba menenangkan. Selain dikenal karena pengetahuanya dalam hal kapal selam, Ia juga dikenal sebagai seorang motivator yang handal manakala memberi semangat rekan-rekannya ketika melaksanakan misi. Susanto terlihat begitu santai dan yakin bahwa mereka semua akan selamat. Bahkan ia masih sempat-sempatnya membagikan roti dan beberapa cemilan kecil kepada semua yang ada disana seakan tidak terjadi apa-apa.
“Ayo ndan, sarapan ndan sarapan ndan! Mumpung masih pagi. Jarang-jarang loh kita bisa sarapan sepagi ini, biasanya sampek jam sebelas siang masih dijemur dilapangan”
Melihat Lettu Adi yang begitu yakinnya bahwa semua baik-baik saja dan bahkan masih sempat-sempatnya membagikan makanan, membuat para anggota yang lain pun kembali mempunyai harapan. Mereka semua mulai memakan roti yang dibagikan dan bisa berbincang-bincang ringan.
Muncul senyum simpul dari wajah susanto ketika melihat rekan-rekannya terpatik semangat sehingga sedikit tenang. Ia merasa senang kerena suasana kapal sudah tidak semencekam sebelumnya. Dalam senyumnya sebetulnya Lettu Adi menyembunyikan perasaan yang selama beberapa hari ini terus menghantuinya. Susanto teringat perbincangan terakhir bersama istri dan juga anaknya.
………………………………………….
Senin, 19 April 2021 (11.05 WIB)
“Enggak….! Enggak boleh! Pokoknya ayah gak boleh pergi”
Teriak lantang dari aska, seorang bocah 2,5 tahun yang hendak melarang ayahnya Lettu Adi untuk berangkat bertugas dalam misi penyelaman bali. Bahkan azka mencoba mengunci sang ayah didalam kamar dan berusaha menutup pintu agar ayahnya tidak keluar dari dalam kamar.
Astri sang istri hanya bisa tersenyum sembari merekam video anaknya yang terus menerus menangis melarang ayahnya untuk pergi bertugas. Padahal biasanya ketika dipamiti aska hanya biasa saja dan tak pernah melarang-larang seperti itu.
“Mas, aska kok gitu banget ya sama kamu, padahal biasanya juga ditinggal biasa aja.”
Ujar sang istri.
“Yha mungkin dia masih kangen dek, aku kan jarang dirumah. Sekalinya dirumah paling yha Cuma sebentar-sebentar. Diusia aska yang menginjak umur 2,5 tahun ini, wajar kalau dia lagi seneng-senengnya nangkrot di ayahnya. Ini Cuma misi latihan kok dek, ndak akan lama.”
“Emang berapa lama mas misinya?”
“Ndak bisa dipastikan dek, tapi yang jelas waktu terlama penyelaman yang bisa dilakukan Cuma 3 hari. Kalau semuanya lancer ndak sampai sehari yha misi sudah selsai. Doakan saja semuanya lancer”
“Amin mas…. Aku mau nidurin aska dulu, kamu hati-hati yhah mas!”
“Iya dek, mas berangkat dulu. Jagain azka yang bener Assalamualaikum”
“Waalaikum salam”
Percakapan itu adalah percakapan singkat terakhir yang dilakukan Lettu Adi dengan istrinya Astri ketika hendak berangkat. Setelahnya Adi langsung berangkat menuju markas, disepanjang jalan Adi mendengarkan penyanyi kesukaannya Sujiwo Tedjo dengan hedset yang ia kenakan.
………………………………………….
Rabu, 24 April 2021 (08.32 WITA)
Letkol Heri menyerahkan kemudi Nanggala kepada Mayor eko dan 2 orang nahkoda lainnya. kemudian ia berlalu menuju kabin utama menemui semua pasukan armadanya. Dalam sekejap sauna riuh yang ada dikabin utama seketika langsung hening lantaran kedatangannya. Dikondisi seperti itu wibawa Letkol heri masih terlihat gagah dan masih mempunyai kharsima dimata para bawahannya.
“Selamat pagi”
“Selamat pagi komandan”
Semua menjawab serentak ucapan Letkol Heri, Semuanya kompak kecuali satu orang Lettu Adi.
“Pagi pagi pagi Luar biasa….”
Lettu adi jutru merespon dengan jawaban khas yel yel penyemangat ketika di pelatihan. Dan hal itu membuat Letkol Herri kembali mengulangi kalimatnya.
“Selamat Pagi”
“Pagi pagi pagi Luar biasa….”
Kali ini semua kompak menjawab dengan teriakan semangat seperti yang dilakukan oleh Lettu Adi.
“Itu Baru namanya prajurit. Disaat apapun juga, dalam kondisi apapun juga, tetap harus menjaga api semangat perjuangan para pahlawan terdahulu. Apakah semuanya dalam keadaan sehat dan lengkap?”
“Siap lengkap Komandan”
Letkol Heri kemudian mempersilahkan semuanya duduk sesantai mungkin karena ada hal yang perlu disampaikan dan harus ditangkap dengan baik oleh para angggota yang ada disana, kesalahan sekecil apapun akan membuat semua skema yang telah dirancang oleh Letkol Heri berantakan. Letkol Heri pun mulai menjelaskan.
“Kita sekarang berada di kedalaman Dua ratus meter dan masih akan terus bertambah kedalamannya. Menurut data statistik kedalaman laut Bali berkisar antara Tujuh ratus hingga Sembilan ratusan meter. Saya mengambil kebijakan paling menguntungkan yang bisa kita dapatkan. Turbin baling-baling sengaja saya perintahkan untuk dimatikan. Hal itu akan memperpanjang durasi selam kita.”
Kurang lebih Satu jam Letkol Heri menjelaskan semua rencananya, resiko yang dihapi, hingga kemungkinan terburuk yang akan dialami. Letkol heri memerintahkan beberapa pasukan menjadi pasukan penanda yang bertugas mengirimkan kode morse kepada pasukan yang ada di permukaan. Kode morse dikirimkan dengan memukul mukul tembok kapal menggunakan benda tumpul agar nantinya getarannya mampi ditangkap oleh para regu pencari yang menggunakan penangkap gelombang getaran.
“Meskipun kapal ini mempunyai sonar tapi itu tidak lah cukup. Kita tetap harus memberikan kode bahwa kita masih dalam keadaan baik-baik saja. Setiap Empat puluh menit sekali kode morse itu harus terus menerus di kirimkan. Faham?”
“Siap Faham Komandan”
Kemudian Letkol Heri juga memerintahkan semua anggota untuk mengosongkan barang-barang yang ada di kabin logistik untuk dipindahkan ke kabin utama. Hal itu dilakukan guna menjaga bobot Nanggala agar tetap seimbang antara bagian belakang dan belakang. Karena jika nantinya masa air sudah memenuhi kabin bagian belakang, dan bobot bagian depan tidaklah sebanding dengan masa air, secara otomatis kapal akan mendongak keatas dan jomplang kebelakang.
“Kita harus tetap menjaga posisi kapal agar tetap horizontal sampai ke dasar laut.”
Letkol Heri juga memerintahkan semua anggota tetap menjaga kebugaran fisiknya agar jika sewaktu-waktu dibutuhkan mereka masih dalam keadaan siap siaga. Langkah Lettu adi yang membagikan makanan kepada rekan-rekannya mendapat pujian dari Lettu Heri. Langkah itu dianggap tepat guna menjaga stamina dan tenaga para anggota sehingga jika waktunya sudah tiba tenaga itu mampu membantu mereka menyelamatkan diri manakala regu penyelamat telah menemukan KRI Manggala.
“Apakah Ada yang ditanyakan?”
“Mohon izin bertanya komandan, berapa lama kita harus menunggu rider pencari untuk bisa menemukan kita? Jika terlalu lama dikhawatirkan cadangan oksigen kita tidak cukup untuk menunggu selama itu. Jika diperbolehkan saya akan merangsek keluar dengan celah yang ada di dalam kabin torpedo. Saya akan berenang kepermukaan untuk mengirimkan koordinat lokasi dan mencari bantuan. Kemampuan berenang saya dapat diandalkan komandan.”
Letda Susanto sang penanggung jawab teknis menawarkan diri untuk mencoba mencari bantuan ke permukaan.
“Tidak perlu, saya tidak meragukan kemampuan berenangmu, tapi hal itu tidak akan berguna jika mengahapi tekanan pada kedalaman dua ratusan. Yang ada kamu akan terseret arus dan kembali kedalam lambung kapal, atau bahkan kemungkinan terburuk kamu akan terjebak pusaran hingga kehabisan nafas. Hal itu juga akan membahayakan rekan-rekanmu.”
“Lantas apa yang bisa saya lakukan untuk membantu komandan? Saya siap mempertaruhkan nyawa jika memang dibutuhkan”
Sembari tersenyum, Letkol Heri menepuk pundak Letda Susanto seraya berkata:
“JIKA MEMANG ADA PRAJURIT YANG HARUS GUGUR DALAM MISI INI, MAKA HANYA AKU LAH ORANGNYA.”
Semuanya menatap wajah berwibawa komandan dengan tatapan berkaca-kaca. Bahkan ada beberapa orang yang tak kuasa membendung air matanya.
“Tapi tenanglah. Tidak aka ada yang gugur dalam misi ini. Semuanya akan selamat. Percayalah kepada komandanmu ini”
Letkol Heri kembali berucap mantap dengan senyum sumringah khas yang ia miliki. Tak ada gurat ketakutan ataupun kegelisahan, yang ada hanya raut wajah optimis penuh keyakinan. Hal itupun langsung menyulut semua prajurit yang lain kembali bersemangat. Setelahnya Letkol Heri memimpin semua anggotanya untuk berdoa.
Semuanya larut dalam keheningan. Semuanya khusu’ memanjatkan doa pengharapan sembari membayangkan wajah orang-orang yang dicintainya. Suasana begitu tenang tanpa ada suara sedikitpun. Tak ada suara apapun yang terdengar kecuali isak tangis sesenggukan yang sesekali menggemah dalam Kabin KRI Nanggala di bawah permukaan air laut yang kian lama kian gelap.
………………………………………….
Rabu, 24 April 2021 (10.58 WITA)
“Komandan, air terlah memenuhi kabin torpedo. Raung logistik Sepertinya akan…” To be continued
Tiga Hari Menuju On Eternal Patrol oleh : Muhammad Ani Ridhoi