fbpx

Sindiran Pedas untuk Menkominfo: Krisis Keamanan Siber, Semua server TNI dinonaktifkan, Bagaimana Nasib Data Kita?

  • Bagikan
SORBANSANTRI.COM
foto © Copyright (c) 2016 TEMPO.CO

Berita Video

Sorbansantri.com – Keamanan siber di Indonesia kembali menjadi sorotan setelah peretasan besar-besaran melumpuhkan TNI dan 210 pusat serta daerah yang terhubung dengan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS). Dalam kejadian ini, semua server TNI dinonaktifkan sementara, menunjukkan kelemahan signifikan dalam sistem keamanan data kita.

, di mana perhatian Anda saat negara ini sedang mengalami krisis keamanan siber yang serius? Kita berbicara tentang peretasan yang menargetkan lembaga-lembaga vital, termasuk Badan Strategis (Bais) TNI. Data penting dan rahasia yang bocor dijual di pasar gelap oleh seorang yang dikenal sebagai MoonzHaxor. Lantas, apa tindakan nyata dari Kemenkominfo untuk mencegah dan menangani bencana ini?

“Langkah kami menonaktifkan semua server sementara waktu,” ujar Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayor Jenderal Nugraha Gumilar. Tentu saja, menonaktifkan server adalah langkah yang perlu diambil. Namun, apakah ini solusi jangka panjang yang dapat diandalkan? Bukankah seharusnya Kemenkominfo memiliki rencana pencegahan yang lebih solid sebelum situasi ini terjadi?

Sementara itu, akun Twitter dengan centang biru, FalcoonFeed.oi atau @FalconFeedsio, mengunggah tangkapan layar penjualan sistem milik Bais TNI. Unggahan tersebut menjelaskan bahwa data dibocorkan oleh MoonzHaxor, pelaku yang sama yang menyerang INAFIS Polri dan PT Astra International Tbk. Ini menambah daftar panjang kegagalan kita dalam menjaga keamanan data.

Baca Juga  MENGENAL KH. MIFTAHUL AKHYAR ( Ketua Umum MUI Periode 2020 - 2025 ) DAN KH. AFIFUDDIN MUHAJIR (Ketua Dewan Pimpinan MUI Pusat periode 2020 - 2025 )

Wakil Menteri Kominfo, Nezar Patria, mengatakan bahwa saat ini sedang dilakukan upaya dan evaluasi sistem. “Kami lagi bekerja untuk mengatasi terutama pelayanan publik agar bisa berjalan kembali seperti sediakala,” katanya. Namun, pertanyaan besarnya adalah: mengapa kita selalu bereaksi setelah serangan terjadi? Dimana antisipasi dan tindakan proaktif yang seharusnya menjadi prioritas utama?

Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hinsa Sirabuan, menambahkan bahwa data INAFIS Polri yang dijual di pasar gelap adalah data lama. Namun, apakah ini berarti kita hanya bisa bernafas lega sementara? Bukankah setiap kebocoran, entah lama atau baru, menunjukkan bahwa ada celah serius dalam sistem keamanan kita?

Menkominfo harus segera mengambil langkah konkret dan bukan hanya sekadar reaktif. Ini adalah era digital di mana data adalah aset paling berharga. Kehilangan atau tidak hanya merugikan instansi pemerintah tetapi juga bisa berdampak luas pada keamanan nasional. Kita butuh solusi nyata, bukan janji manis atau langkah-langkah sementara.

Baca Juga  BEREDAR KARANGAN BUNGA HOAX DI LOKASI MUKTAMAR NU LAMPUNG

Rakyat Indonesia berhak merasa aman dan percaya bahwa data mereka dilindungi dengan baik. Sudah saatnya Menkominfo berbenah dan menunjukkan tindakan nyata untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Jika tidak, kita hanya akan terus terjebak dalam lingkaran kegagalan yang sama. ( Sorban)

@beritasorban Serangan siber besar-besaran kembali mengungkap kelemahan serius dalam sistem keamanan data Indonesia. Semua server TNI dinonaktifkan sementara setelah peretasan 210 lembaga pusat dan daerah di Pusat Data Nasional Sementara (PDNS). Menkominfo, di mana perhatian Anda? Peretas bernama MoonzHaxor berhasil membocorkan data penting milik Badan Intelijen Strategis TNI, dan data ini dijual di pasar gelap. Rakyat butuh tindakan nyata, bukan hanya reaksi sementara. Dimana antisipasi dan langkah proaktif dari Kemenkominfo? Saatnya Menkominfo berbenah dan memastikan keamanan data kita terjaga. #MenkominfoBerkacaDiri #KeamananSiber #PeretasanTNI #DataIndonesia #GagalLagi #TindakanNyata #AmanahData #CelahKeamanan #SeranganSiber #KeamananData #fyp #fypシ゚viral ♬ suara asli – Sorban Santri
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan