FAIDAH-FAIDAH YANG BISA DIPETIK DARI HAUL KE-10 KH. ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR) DI PP. TEBUIRENG JOMBANG
- Sambutan Anita Wahid, putri ke-3 Gus Dur
✓ Gus Dur mewariskan 9 nilai utama: ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, kekesatriaan, dan kearifan lokal.
- Sambutan Dr. KH. Sholahuddin Wahid, Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang
✓ Islam dan Indonesia layaknya Bapak dan Ibu. Orang yg mengatakan “Saya orang Indonesia yg beragama Islam” ataupun “Saya pemeluk agama Islam yg tinggal di Indonesia” itu sama dengan anak durhaka yg ingin kedua orangtuanya bercerai.
Maka katakanlah, “Saya 100% Islam, 100% Indonesia. Tidak lebih condong ke salah satunya”. - Testimoni dr. Marsilam Simanjuntak, Sekretaris Kabinet Pemerintahan Gus Dur
✓ Tak ada bidang pengetahuan yg tidak dipelajari Gus Dur. Gus Dur fasih berbicara agama, sosial, ekonomi, politik, bahasa, kesenian, bahkan olahraga.
✓ Karena stok lelucon Gus Dur tak terbatas, maka Gus Dur seringkali tak dapat menahan diri untuk tidak melucu. Namun lelucon Gusdur memiliki level yg berbeda. -
Testimoni Ir. Sarwono Kusumaatmadja, Menteri Eksplorasi Kelautan Kabinet Pemerintahan Gus Dur
✓ Gus Dur memiliki 2 keistimewaan:
• Mampu menghubungkan satu gejala dengan gejala lainnya yang sebenarnya tampak tidak berhubungan, dgn cara jenaka.
• Omongan Gus Dur baru bisa dimengerti beberapa bulan bahkan bertahun-tahun kemudian setelah diutarakan, krn kita ternyata menggunakan perangkat pengetahuan yg parsial untuk memahami pemikiran Gus Dur yg integral. Gus Dur punya “rezim pengetahuan” tersendiri yg tidak dimiliki orang lain.
✓ Ramalan Gus Dur bersifat definitif, bukan spekulatif. Dulu, dia pernah berkata pada saya, “Saya kelak akan menjadi presiden”. Saya tertawa. Dan ternyata terjadi. -
Testimoni Prof. Dr. KH. Nasihin Hasan, sahabat Gus Dur
✓ Tidak lagi sebagai individu, tapi Gus Dur adalah sebuah institusi, school of integrity. Gus Dur adalah lembaga demokrasi itu sendiri.
✓ Jarak kehidupan dan kematian hanya sejengkal. Tapi Gus Dur berhasil mengisi jarak sejengkal tsb dgn 3 hal secara bernas: Keagamaan, keummatan, kebangsaan.”
✓ 5 bulan setelah Gus Dur wafat, KH. Maimoen Zubair mendatangi saya dgn heran dan bertanya mengapa makam Gus Dur diziarahi orang-orang tanpa henti. Barangkali Gus Dur pernah punya ajian tertentu semasa hidupnya. Dengan rendah hati saya menghibur Mbah Moen dgn menjawab bahwa Gus Dur memiliki 4 ajian:
• kesederhanaan hidup (nrimo ing pandum). Gus Dur pernah menjadi penasehat informal LP3ES. Kesana kemari naik bis. Gus Dur tidak pernah punya dompet. Saat mengetik artikel/buku, Gus Dur menggunakan kertas bekas karena tidak mau menjadi bagian dari para pelaku penggundulan hutan.
• suka sekali silaturrahim sampai ke pelosok-pelosok, ke orang yg masih hidup maupun yg sudah meninggal.
• Dermawan. Suka memberi sesuatu berharga pada orang yg dikenal maupun yg tidak dikenal.
• Out of the box (khariqul ‘adah)
Lalu Mbah Moen menjawab dalam bahasa Jawa: “Ora kuat aku niru Gus Dur. Iku lakune sufi!” Kata Mbah Moen, Gus Dur berhasil membantinkan nilai menjadi laku, intelektualitas mewujud spiritualitas, jamali sekaligus tajalli, roso jadi rosa (perasaan menjadi kekuatan).
- Pembicara Inti: KH. Bahauddin Nur Salim (Gus Baha’)
✓ Gus Baha’ diundang datang ke Tebuireng, karena selain sanad fiqihnya tersambung ke atas sampai KH. Hasyim Asy’ari, via Mbah Moen, juga karena memiliki silsilah leluhur yg sama dgn leluhur KH. Hasyim Asy’ari.
✓ Gus Baha’ mengagumi Gus Dur dalam perspektif fiqih, yakni kemampuan Gus Dur mengelola konflik tanpa pertumpahan darah. Gus Baha’ menganggap Gus Dur berhasil meniru sifat visioner Nabi Muhammad saw. yg bersikeras menempuh jalan damai meskipun (seakan) dirugikan dalam Perjanjian Hudaibiyah.
✓ Kata Gus Baha’, Cucu mewarisi Kakek. Pemikiran out of the box Gus Dur tidak muncul begitu saja, namun memiliki sanad dari kakeknya, Hadrotusysyaikh KH. Hasyim Asy’ari yg perannya dalam kemerdekaan Indonesia dijelaskan secara detil dalam kitab karya Muhammad Asad Shihab berjudul
العلامة محمد هاشم أشعري: واضع لبنة استقلال إندونيسيا
(Gus Baha mewakafkan kitab ini untuk dikaji di Tebuireng). Maka, membicarakan Gus Dur harus melibatkan KH. Hasyim Asy’ari, karena membicarakan Nabi Muhammad saw. pasti membicarakan Nabi Ibrahim as. Itulah barokahnya moyang.
✓ Banyak sekali hal penting yg diutarakan Gus Baha’, tapi tidak terkait langsung dengan Gus Dur.
Alfaqir Habiburrahman