Sorbansantri.com – Dunia pembayaran digital Indonesia tengah menjadi medan pertempuran sengit antara dua kekuatan besar: QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) dan Mastercard. Keduanya mengusung strategi berbeda untuk menguasai pasar yang kian tumbuh pesat, seiring lonjakan transaksi non-tunai pasca pandemi.
Didukung penuh oleh Bank Indonesia, QRIS tampil agresif dengan strategi “serangan gerilya”. Fokusnya adalah merangkul pedagang kecil, UMKM, hingga warung tradisional. Dengan biaya transaksi murah dan kemudahan implementasi, QRIS menjelma menjadi standar pembayaran wajib di banyak sektor.
Di sisi lain, Mastercard mengusung “serangan presisi”. Mengandalkan nama besar dan jaringan internasional, Mastercard lebih membidik segmen premium: korporat, ekspatriat, dan transaksi berskala besar. Penawaran reward eksklusif, keamanan tingkat tinggi, serta kemudahan bertransaksi lintas negara menjadi andalan mereka.
“QRIS mendorong inklusi keuangan di akar rumput, sedangkan Mastercard mempertahankan tahta di ranah premium dan internasional,” ujar seorang analis keuangan kepada Sorbansantri.com.
Namun, keduanya juga memiliki tantangan. QRIS masih harus memperkuat sistem keamanannya dan memperluas akseptasi internasional. Sementara itu, Mastercard menghadapi tekanan untuk beradaptasi dengan tren pembayaran mikro yang berkembang pesat.
Dalam jangka pendek, QRIS diprediksi akan terus memperluas dominasi di transaksi domestik kecil, sedangkan Mastercard mempertahankan kekuatannya di transaksi besar dan luar negeri. Tetapi dalam jangka panjang, persaingan ini bisa memicu inovasi yang lebih besar demi kenyamanan pengguna.
Pertanyaannya, siapakah yang akhirnya akan memimpin di medan perang pembayaran digital Nusantara?
(Tim Sorbansantri.com)