Sorbansantri.com, Mojokerto — Perkembangan teknologi yang pesat membawa umat Muslim ke era baru, di mana interaksi tak lagi terbatas oleh ruang dan waktu. Media sosial menjadi salah satu sarana utama untuk berkomunikasi, berbagi informasi, hingga berdakwah. Namun, di tengah manfaat besar yang ditawarkan, tantangan etika dalam dunia maya juga menjadi isu penting yang perlu diperhatikan. Bagaimana seorang Muslim dapat menjaga akhlaknya dalam menggunakan media sosial? Berikut panduan Islami yang dapat dijadikan pedoman.
1. Niat yang Lurus dalam Bermedia Sosial
Sebagai Muslim, segala aktivitas, termasuk menggunakan media sosial, sebaiknya diawali dengan niat yang baik. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Gunakan media sosial untuk hal-hal bermanfaat, seperti menyebarkan kebaikan, berdakwah, atau menjalin silaturahmi.
2. Hindari Ujaran Kebencian dan Fitnah
Allah SWT melarang umat-Nya menyebarkan kebencian atau fitnah, baik di dunia nyata maupun maya. Firman-Nya dalam QS. Al-Hujurat: 12: “Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.” Hindari komentar negatif, hoaks, atau postingan yang dapat merugikan orang lain.
3. Verifikasi Informasi Sebelum Membagikan
Dalam era digital, hoaks dapat menyebar dengan cepat. Islam mengajarkan kita untuk tabayyun atau memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti.” (QS. Al-Hujurat: 6).
4. Jaga Privasi dan Hormati Orang Lain
Etika di dunia maya mencakup menjaga privasi diri dan orang lain. Jangan mempublikasikan informasi pribadi atau konten yang dapat melukai perasaan orang lain. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).
5. Gunakan Kata-Kata yang Santun
Berinteraksi di media sosial tidak berbeda dengan berbicara langsung. Gunakan bahasa yang sopan dan santun, karena setiap kata yang ditulis akan dimintai pertanggungjawaban. Allah berfirman: “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik.'” (QS. Al-Isra’: 53).
6. Bijak dalam Menggunakan Waktu
Media sosial sering kali membuat penggunanya lupa waktu. Sebagai Muslim, penting untuk memanfaatkan waktu dengan baik. Rasulullah SAW bersabda: “Dua nikmat yang sering dilupakan oleh manusia adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari). Batasi waktu bermain media sosial agar tidak mengganggu ibadah dan aktivitas sehari-hari.
7. Berdakwah dengan Hikmah dan Bijaksana
Media sosial adalah platform yang efektif untuk berdakwah, tetapi harus dilakukan dengan hikmah. Hindari debat yang tidak produktif atau menyinggung pihak lain. Allah berfirman: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (QS. An-Nahl: 125).
Kesimpulan
Media sosial adalah ladang amal yang luas jika digunakan dengan cara yang benar. Sebaliknya, ia juga bisa menjadi sumber dosa jika tidak bijak dalam menggunakannya. Sebagai Muslim, mari jadikan fiqih digital sebagai pedoman untuk menjaga akhlak di dunia maya, sehingga kehadiran kita membawa manfaat dan keberkahan bagi semua.
Reporter: Tim Sorban Santri
Editor: Sorban Santri Media
@beritasorban Dunia digital membuka peluang besar bagi umat Muslim untuk berdakwah dan berbagi kebaikan. Namun, media sosial juga memiliki tantangan tersendiri. Sebagai Muslim, penting untuk menjaga niat lurus, menghindari ujaran kebencian, dan selalu memverifikasi informasi sebelum membagikannya. Jangan lupa menjaga privasi, menggunakan kata-kata yang santun, dan memanfaatkan waktu dengan bijak. Media sosial bisa menjadi ladang amal jika digunakan dengan benar. Jadikan fiqih digital pedoman kita untuk menciptakan interaksi yang penuh keberkahan di dunia maya. Yuk, mari bersama kita jaga akhlak dalam bermedia sosial. #FiqihDigital #EtikaMuslim #MediaSosialBijak #AkhlakMulia #Tabayyun #fyppppppppppppppppppppppp ♬ suara asli – Sorban Santri