
sorbansantri.com – Kyai dan Habib sangat mencintai Banser (Barisan Ansor Serbaguna). Dari segi namanya, Barisan Ansor Serbaguna, sangat identik dengan sahabat Ansor Madinah. Karakteristik dari sahabat Ansor itu “menolong sesama tanpa pamrih”. Ansor berarti “menolong Rasulullah SAW dan sahabat yang datang dari Makkah”. Kaum Ansor sangat mencintai Rasulullah SAW, sehingga apa-pun akan dilakukan untuk baginda Rasulullah SAW.
Nah, begitulah kira-kira ulama-ulama NU ketika mendirikan Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Para ulama NU, mendirikan Banser karena isyarat-isyarat langit hasil dari istikharah. Bukan gagah-gagahan, walaipun memang terlihat gagah beneran. Tentu saja konteks nya ke-Indonesiaan. Banser, satu-satunya aset penjaga NKRI yang harus tetap dirawat dan dijaga. Semua tahu, berdirinya NKRI, tidak lepas dari peran Kyai Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, KH Siddiq Jember, KH Ahmad Dahlan dan juga para ulama lainnya.
Apalagi, saat ini salah satu tokoh terkemuka Barisan Ansor Serbaguna (Banser) adalah “Maulana Habib Lutfi Pekalongan” seorang ulama dari kalangan Durriyah Rasulullah SAW. Sang Habib tanpa sungkan-sungkan memakai busana Banser, begitu juga dengan Habib Zainal Abidin. Bahkan, Habib Saikhan yang terkenal Habib Jaddab.
Jangan pernah khawatir, jika ada yang tidak suka terhadap Banser. Itu sudah wajar. Karena memang tugasnya Banser menjaga marwah Kyai dan Habaib di Indonesia. Sebab, sampai saat ini (2020) banyak Habaib dan Kyai NU, tetap setia dan mencintai Banser. Orang yang mencibir Banser, kadang suatu saat tetap membutuhkannya.
Berdirinya Banser sudah direstuai oleh pendiri NU, Hadratusysyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari serta ratusan Kyai dan Durriyah Rasulullah. Banser berdiri mengawal Ulama dan NKRI yang ber Pancasila. Banser akan terdepan membela Ulama dan Habaib, serta NKRI dari perongrong Pancasila.
Seorang kekasih Allah Sayyid Ali Kwitang datang dari Jakarta ke meluncur menuju Banyuwangi karena melihat dengan Bashirah (mata batin) seorang ketua PCNU KH Muhammad Ali Manshur Shiddiq Basyaiban Banyuwangi sedang menulis bait-bair syair memuji Rasulullah SAW dan sahabatnya karena ingin membandingi gerakan Gerwani di Banyuwangi. Kemudian bait-bait syair itu dikenal dengan “sholawat badar”. Kedatangan Habib Ali Kwitang, karena arahan dari Rasulullah SAW melalui mimpinya.
KH Siddiq, merupakan sosok ulama ahli hadis yang nasabanya nyambung dengan “Basyaiban” yang diyakini masih durriyah Rasulullah SAW. KH Siddiq Jember salah satu murid seorang pakar hadis Makkah yaitu Syekh Muhammad Mahfudz Al-Turmusi Makkah. Kemudian Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani Makkah menyebutkan nama-nama gurunya di Indonesia, salah satunya adalah “Syekh Siddiq Jember”. Hampir semua putra-putra Syekh Siddiq jember menjadi ulama besar, seperti’ KH Ahmad Siddiq, KH Abdullah Siddiq, KH Mahfudz Siddiq, dan KH Muhammad Ali Manshur yang pengubah Saolawat Badar.
Awal berdirinya Banser, yang tidak suka adalah PKI, NII, DII. Banser dengan semangat Sholawat Badar tidak pernah surut menyuarakan kebenaran. Mendatangi siapa-pun orang yang meng-ganggu dan merongrong NKRI. Bahkan, saat seorang Habaib di sakiti di Solo, Banser ikut serta menjaga. Kalau-pun ada oknum Banser yang kurang terpuji, tetap harus di berikan pembinaan. Para ulama dan Habaib adalah orang-orang yang mendidik dan membina Banser di seluruh Nusantara.
Sebuah kisah menarik dari Mbah Hamid Pasuruan. Sosok waliyullah besar. KH Maemun Zuber mengatakan “beliau menjadi wali besar antaranya karena biirul walidaian”. Suatu ketika salah satu anggota Ansor yang sudah lulus dari Latihan Kader Lanjutan (LKL). Namun, dia melakukan tindakan tidak terpuji yang bisa mencoreng nama Ansor. Maka, komandan atau ketua Banser (Barisan Ansor Serbaguna) Gus Zaki Ubed akan mengeluarkan surat pemecatan kepada Anggota Ansor.
Selanjutnya, Gus Zaki sowan kepada Syekh KH Hamid, dengan harapan apa yang dilakukan itu disetujui. Ternyata, KH Hamid tidak setuju. Beliau malah mengatakan “jadi bapak itu harus bijaksana. Kemudian KH Hamid memberikan contoh. Seorang Bapak yang membawa anaknya ke resepsi. Anak itu diberi pakaian yang bagus. Tiba-tiba ketika resepsi berlangsung, sang anak buang air besar, mengotori pakaiannya sendiri dan bapaknya yang menggendong.
“Iku anak ojok kuen buwak (itu anak jangan engkau buang)”. Wong saiki akeh sing butuh anak, dipek wong anak itu” (Jaman sekarang banyak orang butuh anak, nanti kalau dibuang bisa diambil orang”. Jadi Bapak harus berani korban perasaan dam menderita demi kepentingan anak-anaknya.
Kemudian Gus Zaki bertanya “jadi bagaimana?
Mbah Hamid menjawab “Yo, cewokono maneh, (ya ceboki, lalu gendong lagi dia”. KH Hamid sangat bijaksana di dalam melihat setiap masalah yang terjadi. Begitulah cara pandang kekasih Allah SWT. Teringat Nabi Ibrahim as, walaupun banyak orang yang mengingkari nya beliau berkata “siapa yang ikut aku termasuk golonganku, siapa yang durhaka kepada Allah, maka sesungguhnya Allah maha pengampun”.
Barisan Ansor Serbaguna sudah di jalur yang benar. Menjaga eksistensi NKRI dan Pancasila. Dan setia kepada ulama dan Kyai. Wataknya seperti sahabat Ansor Madinah, menolong tidak ada pamrih. Ketika ada seorang Kyai di hina, Banser datang, ketika ada yang ingin merusak NKRI, Banser juga siap-siapa membela. Termasuk sikap terhadap HT (Hizbu Tahrir) juga sudah benar, karena HT menghina Durriyah Rasulullah SAW yaitu Habib Lutfi Pekalongan. ( Penulis: Dr Abdul Adzim Irsad, Malang )