sorbansantri.com – Gambar pada kaleng Khong Guan mungkin sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Lebaran di Indonesia, tetapi tahukah Anda siapa sosok di balik karya tersebut? Namanya adalah Bernardus Prasodjo, seorang pelukis legendaris yang telah melukis gambar keluarga bahagia di kaleng Khong Guan sejak tahun 1970-an. Sekarang berusia 79 tahun, Bernardus menjadi nama besar dalam dunia seni Indonesia.
Namun, apa yang membuat gambar tersebut begitu istimewa? Salah satu keunikan gambar tersebut adalah absennya sosok ayah. Menurut Bernardus, hal ini bukan kebetulan. Sebaliknya, ini adalah bagian dari strategi visualisasi pemasaran yang sengaja diciptakan untuk memengaruhi target pasar utama, yaitu para ibu rumah tangga. Dengan tidak menyertakan gambar ayah, Khong Guan ingin menggambarkan gambaran idealisasi rumah tangga yang dipegang oleh ibu.
Tentu saja, keunikan ini tidak luput dari perhatian netizen yang mulai berspekulasi bahwa Bernardus adalah sosok ayah dari keluarga yang ada di kaleng Khong Guan. Namun, Bernardus sendiri belum memberikan tanggapan resmi mengenai hal tersebut.
Proses pembuatan gambar ikonik pada kaleng Khong Guan melibatkan beberapa langkah yang menarik. Bernardus memulai dengan membuat sketsa komposisi gambar sesuai pesanan, kemudian meminta persetujuan untuk komposisi tersebut, baru kemudian melukis gambar dengan tangan. Meskipun teknologi digital seperti Photoshop lebih mudah, Bernardus lebih suka melukis secara langsung karena kepuasannya berbeda.
Biskuit Khong Guan sendiri telah menjadi salah satu produk makanan yang sangat populer di Indonesia, terutama selama bulan Ramadan dan Hari Raya Lebaran. Menurut survei, Khong Guan merupakan kue kemasan kaleng terpopuler dengan 85,5% responden survei mengaku mengetahui merek ini.
Sementara Khong Guan sendiri memiliki cerita panjang. Didirikan oleh kakak beradik imigran asal Fujian, China, Khong Guan telah menjadi simbol hangatnya momen berkumpul bersama keluarga saat Lebaran, terutama karena gambar ikonik yang diciptakan oleh Bernardus Prasodjo.
Dengan demikian, gambar tersebut bukan hanya sekadar gambar, tetapi juga simbol kehangatan keluarga yang telah menghipnotis generasi Indonesia.(AI Sorban)
