SorbanSantri.com, 14/10 – Belakangan ini publik santri dibuat geram dengan tayangan Trans7 yang menampilkan kehidupan pesantren secara tidak pantas. Melalui program Xpose Uncensored, mereka menayangkan potongan video yang menggambarkan santri dengan narasi tendensius — seolah kehidupan di pesantren itu penuh aturan aneh, kaku, bahkan menakutkan.
Mari kita luruskan.
Pesantren bukan lembaga baru yang bisa disudutkan dengan framing murahan di layar kaca. Pesantren sudah ada ratusan tahun sebelum media televisi lahir. Dari pesantrenlah lahir tokoh-tokoh besar bangsa ini — pejuang kemerdekaan, ulama, pendidik, hingga pemimpin yang menggerakkan rakyat dengan ilmu dan akhlaknya.
Sistem pendidikan pesantren itu komprehensif dan berimbang. Di sana, santri belajar bukan hanya ilmu agama, tapi juga nilai kehidupan. Mereka diajarkan tanggung jawab, kerja keras, disiplin, keikhlasan, dan — yang paling penting — adab sebelum ilmu.
Saya sendiri adalah santri masuk ANSOR, BANSER dan LINMAS, bisa mengenal web designer, programer dan developer, itu di Pesantren dan saya hanya lulusan SMA. Tapi sejak kecil saya hidup di pesantren. Dari sanalah saya belajar bahwa kecerdasan tanpa adab hanyalah kesombongan yang dibungkus pengetahuan. ujar Abi Tsani CEO dan Pembuat aplikasi eCommerce SorBanNaga.
Di pesantren, santri tidak diajari menjadi pengecut. Mental mereka ditempa untuk kuat menghadapi dunia, dan hati mereka dibentuk untuk tunduk kepada Tuhan.
Jadi ketika Trans7 menayangkan kehidupan pesantren seolah sesuatu yang lucu atau ekstrem, itu bukan hanya keliru — tapi melecehkan warisan pendidikan tertua di Indonesia. Tayangan seperti itu mencederai jutaan santri, kiai, dan alumni pesantren yang selama ini berperan besar menjaga moral dan keutuhan bangsa.
Kami tidak anti kritik. Tapi kritik harus datang dari pemahaman, bukan dari potongan video yang dipelintir demi sensasi.
Media boleh bebas, tapi kebebasan tanpa tanggung jawab hanyalah kesemrawutan.
Trans7 seharusnya belajar tentang etika pemberitaan — sebagaimana santri belajar tentang adab sebelum bicara.
Karena di pesantren, kami diajari satu hal penting: kalau tidak tahu hakikatnya, jangan berani menilai isinya.