fbpx

SAMPEYAN PERCAYA NABI ATAU KYAI???

  • Bagikan
SORBANSANTRI.COM

SORBANSANTRI.COM

Oleh : Shuniyya Ruhama

cyberaswaja.online –Kalimat di atas kerap sekali terdengar, menghenyakkan kita semua. Mempertanyakan kapasitas muktabaroh , dan membandingkan dengan Kanjeng yang memang jelas tidak berbanding sama sekali. Jika tidak faham, maka akan jelas sekali seolah-olah banyak yang dilakukan oleh bertentangan dengan Kanjeng Nabi.

Kyai itu tidak berpendapat melalui hayalan beliau sendiri, melainkan berdasarkan ajaran dari Kyainya Kyai juga. Demikian seterusnya hingga sanad bersambung kepada Kanjeng Nabi. Jadi tidaklah benar bahwa Kyai itu menyelisihi Kanjeng Nabi.

Ibaratnya, saat Kanjeng Nabi memerintahkan kita untuk “ngliwet sego”. Maka yang dilakukan Kyai bukan ‘sego diliwet’, melainkan akan ‘mususi’ beras, ‘dikaru’. Setelah setengah matang, ‘beras karon’ ini ditanak dalam dandang. Inilah yang disebut ngliwet sego.

Baca Juga  KETIKA VIRUS CORONA MEMBUNGKAM WAHABI

Sementara, mereka yang tidak punya yang jelas sanadnya, begitu ada perintah Kanjeng Nabi untuk ‘ngliwet sego’, maka yang mereka lakukan adalah mencari untuk diliwet. Karena dalam hayalannya yang namanya ‘ngilwet sego’ berarti harus ada ‘sego’ kemudian ‘diliwet’.

Tidak sampai di situ, mereka memprovokasi, mencaci maki dan mentertawakan serta menganggap kita bodoh, salah, menyelisihi Quran Hadits karena diperintahkan ‘ngliwet sego’, tapi malah kita ‘mususi beras’ dst.

Itulah gambaran bagi wong NU yang belajar dari Kyai dalam memahami Quran dan Hadits, jika dibandingkan dengan mereka yang over percaya diri “memurnikan” Quran Hadits dan langsung mengambil dari sumbernya, tanpa menggunakan alat.

Baca Juga  KHUTBAH JUM'AT: ALLOH TIDAK BERTEMPAT DAN TIDAK BERARAH

Lalu, mereka akan mempertanyakan kepada kita, “Anda percaya dengan Nabi atau Kyai?”, seakan-akan Kyai kita itu salah dan tersesat dalam memahami nash suci. Bagi awam, hal ini tentu akan bisa menjerumuskan mereka untuk tidak percaya lagi dengan para ulama muktabaroh an nahdliyyah.

Maka kita saksikan akhirnya, mereka beribadah, berijtihad dan mengambil hukum tidak jelas jluntrungnya karena memang tidak pernah dilakukan oleh generasi-generasi Ulama terdahulu.(abi )

 

 

  • Bagikan

Pesan Bijak