fbpx
Menu
Suara Santri Suara Hati

GUS BAHA DAN KYAI PEROKOK BERAT

  • Bagikan
SORBANSANTRI.COM
K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim, lebih dikenal sebagai Gus Baha (lahir 29 September 1970), merupakan ulama yang berasal dari Rembang. Gus Baha menikah dengan Ning Winda asal Pesantren Sidogiri Pasuruan.

Kenangan saya di dunia itu, ketika pernah didatangi kiai tua yang (mungkin) sudah mau meninggal, ketika waktu MUI mengharamkan rokok, dia bertanya ( merokok) kepada saya,” tutur .

Tradisi kiai-kiai desa memang unik.

Masyarakat atau ketika mendapatkan sebuah fatwa dari pusat organisasi , meski berafiliasi dgn organisasi itu, mereka tak akan mengikutinya langsung.

Mereka lebih mengikuti mengaji mereka ketimbang fatwa dari pusat .

Misalnya, santri Mbah Maemun Zubair tentu akan lebih memilih fatwa daripada fatwa MUI pusat.

Begitu juga santri Habib Luthfi akan mengikuti fatwa beliau .

“Gus, MUI itu kan mengharamkan rokok, sekali Jenengan mengatakan itu haram, saya tidak akan merokok Gus, tapi saya mau bercerita terlebih dahulu, saya itu kiai, sudah tua, ndeso lagi,” ujar kiai itu .

Baca Juga  KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Sebagai Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Pekan Depan: Babak Akhir Drama Politik Indonesia!

“Iya Mbah, sudah terlihat kok,” timpal Gus Baha diikuti tawa jemaah .

“Hiburan saya itu ya ketika setelah salat Isya itu ngobrol dan merokok dgn teman-teman mondok dulu di pojok musala Gus, kemudian mencocokkan nasib ketika pas mondok dahulu.

Karena di pagi takut istri, pekerjaan saya ya yg sebisa yg dilakukan di siang hari.

Hiburan saya ya hanya seperti tadi itu Gus,” ujar kiai tadi .

“Kalau itu diharamkan Gus, saya tidak bakalan punya hiburan, harta dunia tidak punya (banyak), satu-satunya (hiburan) ya hanya itu Gus.

Saya itu kiai (kampung) Gus, mau menonton dangdut ya tidak pantas” kata Gus Baha menirukan kyai kampung .

Baca Juga  Habib Luthfi: Pimpinan Sadati 'Alawiyyin yang Diakui dalam Mimpi Rasulullah

“Sudah Mbah, untuk Jenengan halal,” jawab Gus Baha .

Gus Baha menjelaskan bahwa tipe orang itu jangan sampai diberi fatwa haram merokok, karena hukum merokok sendiri memang masih menjadi ikhtilaf atau perbedaan diantara para ulama.

Untuk kondisi kiai tadi, Gus Baha memperbolehkannya merokok daripada ia mencari hiburan nonton dangdut yg unsur mudaratnya lebih besar .

Apa yg diceritakan Gus Baha tentu menjadi pelajaran bagi para ulama atau ustad.

Bahwa dalam memberikan fatwa, seseorang tak boleh asal mengeluarkan fatwa di depan publik atau jemaah tanpa mengetahui kondisi si penanya karena suatu fatwa tak bisa menjadi solusi mutlak masalah orang lain. ( )

  • Bagikan
Situs ini melarang klik kanan
Maaf, situs ini mematikan pilihan