SORBAN SANTRI – Berjalan Tanpa Henti, Menyeru Perlawanan Terhadap PKI
Salah satu pendiri utama Nadhlatul Ulama 1926 adalah Guru Mulia Simbah Kyai Haji Maksum Bin Ahmad Lasem, atau biasa kita sebut sebagai Mbah Maksum Lasem.
Beliau lahir pada
tahun 1870 dan wafat pada tahun 1972.
Berdasarkan nasab dari
ayahandanya, beliau merupakan
dzuriyah Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Dikenal sebagai pribadi yang jujur,
mengayomi dan senantiasa menjalin silaturahim, serta selalu menghormati tamu.
Ketika meletus pemberontakan PKI t
ahun 1965, ada salah satu anggota angkatan bersenjata yang berpihak pada pemberontak. Sehingga waktu itu menyebabkan pemerintahan Kota Lasem lumpuh total.
Mbah Maksum segera bergerak.
Beliau menyediakan pondok yang beliau asuh, Pondok Pesantren Al Hidayah menjadi pusat pemerintahan Kota Lasem.
Disulaplah kamar-kamar pondok
dengan pintu tertutup dan jendela terbuka dengan senjata otomatis menghadap keluar, sebagai kewaspadaan jika setiap saat mendapat serangan dari pemberontak. Sehingga dengan demikian, beliau adalah orang yang paling ditarget untuk dibunuh oleh PKI.
Pada waktu itu,
beliau sudah mencapai usia 97 tahun.
Ketika kondisi semakin tidak menentu,
beliau memaksa untuk ‘turun tangan’ langsung mengobarkan perang melawan PKI yang telah membunuh Ulama, Santri dan warga NU.
Dikisahkan, banyak santri yang berusaha mencegah beliau, mengingat usia beliau yang sudah mendekati satu abad, dan kondisinya tentu sudah tidak muda lagi.
Namun, beliau bersikeras, sehingga akhirnya beliau keluar dari Lasem dikawal oleh beberapa santri pilihan sebagai pengayuh becak secara bergantian.
Tak tanggung-tanggung, perjalanan
Ini beliau tempuh dalam waktu dua bulan.
Terus bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa berhenti hingga menembus beberapa wilayah di Jawa Timur.
Alhamdulillah, beliau selalu dalam
lindungan Gusti Allah SWT. Hingga akhirnya pemberontakan ini berhasil dipadamkan, dan kondisi bisa dipulihkan seperti sedia KALA.