Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Berita UtamaPendidikanReligius

Deklarasi Pesantren Ramah Santri: Komitmen Bersama PMII dan Gawagis Nusantara

×

Deklarasi Pesantren Ramah Santri: Komitmen Bersama PMII dan Gawagis Nusantara

Sebarkan artikel ini

Sarasehan PB PMII & AIS Nusantara: Mewujudkan Pesantren Ramah, Islam Penuh Rahmah

Sarasehan PB PMII & AIS Nusantara: Mewujudkan Pesantren Ramah, Islam Penuh Rahmah
Sarasehan PB PMII & AIS Nusantara: Mewujudkan Pesantren Ramah, Islam Penuh Rahmah

Kediri, sorbansantri.com – Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) bersama Arus Informasi Santri (AIS) Nusantara dan para gawagis se-Jawa Timur dan Jawa Tengah menggelar silaturahmi bertajuk sarasehan dengan tema “Pesantren Ramah Sebab Islam Itu Rahmah”.

Kegiatan tersebut berlangsung pada Senin (23/06/2025) di Pondok Pesantren Al Amin, Ngasinan, Kota Kediri, Jawa Timur, dan dihadiri oleh kurang lebih 100 guru, pengasuh, serta pegiat pesantren dari berbagai perwakilan pondok pesantren di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Example 500x500

Selain menjadi ajang silaturahmi antar gawagis, forum ini juga melahirkan sebuah komitmen penting melalui deklarasi “Pesantren Ramah Santri”. Ketua Umum PB PMII, M. Shofiyulloh Cokro, dalam sambutannya menegaskan bahwa PMII siap menjadi jembatan antara pesantren dan pemerintah.

“PMII siap menjadi jembatan antara pesantren dan pemerintah. Kami akan follow up rekomendasi ini kepada Kementerian Agama, KemenPPPA, dan stakeholder terkait agar menjadi program konkret,” tegasnya di hadapan para peserta.

Komitmen tersebut akan diikuti dengan tiga langkah strategis. Pertama, melalui advokasi kebijakan dengan membawa poin-poin deklarasi ke dalam dialog bersama Komisi VIII DPR RI dan Kementerian Agama. Kedua, dengan membentuk tim pendampingan khusus yang bertugas membantu pesantren dalam menerapkan sistem perlindungan terhadap santri. Ketiga, melakukan kolaborasi riset bersama AISNU dan NU Circle guna mengkaji model pesantren ramah anak berbasis bukti ilmiah.

“Ini bukan sekadar deklarasi. Butuh regulasi pendukung seperti Standar Operasional Prosedur (SOP) Pesantren Ramah Anak yang bisa diadopsi Kemenag,” tambahnya.

Ia juga menegaskan bahwa pesantren harus menjadi ruang aman yang didukung oleh transparansi dan keterlibatan aktif semua pihak. Ia juga meminta bahwa pesantren tidak boleh hanya menutupi masalah, tapi harus berbenah bersama. Pesantren harus menjadi ruang aman bagi santri, didukung oleh semua pihak, termasuk instansi terkait.

“Pesantren adalah rumah kedua bagi masyarakat, khususnya santriwan santriwati, yang memberikan ruang aman sekaligus sentrum pemikiran untuk peradaban yang akan datang.”

Gus Farid selaku tuan rumah juga menyoroti pentingnya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pesantren.

“Ekspektasi masyarakat terhadap pesantren sangat tinggi. Sedikit kesalahan bisa berdampak besar pada trust mereka. Jika terus terjadi, tren orang tua memondokkan anaknya bisa menurun,” ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa permasalahan di satu pesantren bisa mempengaruhi citra pesantren secara keseluruhan. “Masyarakat tidak memandang golongan pesantren. Ketika ada masalah di satu tempat, seluruh pesantren ikut terdampak.”

Dalam forum tersebut, Gus Ferhadz dari Sarang, Jawa Tengah, menyampaikan bahwa isu kurangnya keramahan pesantren berasal dari berbagai faktor.

“Masalah ini kompleks, berasal dari internal maupun eksternal. Kita perlu evaluasi bersama,” ucapnya.

Sementara itu, Gus Fahmi dari Pesantren Al-Falah Ploso, Jawa Timur, menambahkan bahwa setiap pesantren menghadapi tantangan berbeda, termasuk fenomena “Gus-Gusan” yang sedang ramai diperbincangkan.

“Solusinya sederhana: kembali mengaji dan giat menyiarkan ngaji. Pesantren harus tetap menjadi pusat ilmu, bukan sekadar simbol.”

Kak Ulinnuha, Koordinator Nasional AISNU, juga menekankan pentingnya peran ruang digital dalam membangun citra positif pesantren.

“Kami berharap pesantren muda bisa memperbaiki diri dan menunjukkan bahwa pesantren adalah tempat teraman, ternyaman, dan terbaik untuk tumbuh kembang santri—terutama di dunia digital.”

Sebagai penutup, Gus Fatah Wahab selaku ketua pelaksana menyampaikan bahwa agenda ini tidak akan berhenti sampai di Kediri.

“Acara ini tidak akan hanya berhenti sampai di sini, tapi juga akan kita konsolidasikan hingga nantinya pesertanya tidak hanya meliputi Jatim dan Jateng, tapi bisa ke seluruh Indonesia,” ungkapnya penuh semangat.

Example 300250
Example floating

Pesan Bijak