Saya Bukan Siapa-siapa Tanpanya

“Wahai nyonya. Noleh dong ke depan”

SORBAN SANTRI-  Sejak tahun 1993 saya sudah sering menginap di Surabaya. Kadang ke daerah Tambak Gringsing (Tuan Lee Wafat dan Mas Rohman Jozz), kawasan Perak. Kadang ke Bonowati (Bang M Ryzaq Anisurrochman) daerah Sidotopo. Kalau sudah terlalu sering saya pun menginap di emperan Masjid Ampel. Sampai pernah saya dan para musafir lainnya diobrak dari emperan Masjid, lalu saya tidur beralaskan koran di ruang terbuka dekat makam Mbah Soleh. Belum nyenyak tidur tiba-tiba turun hujan. Semuanya berhamburan.

Saya menikahi gadis kota ini pada 26 September 2001. Setelah akad mondok lagi. Dan baru kembali lagi setahun berikutnya. Saya datang tidak membawa modal besar, tidak membawa harta benda. Hanya pakai sarung saja. Mertua memberi fasilitas motor. Tapi hendak kemana, ijazah formal tidak ada, skill juga kosongan. Beberapa bulan lamanya keluarga mertua menerima pengangguran tak jelas masa depannya seperti saya. Untung mereka sabar dan memahami keadaan saya.

Baca Juga  Dalil dan Penjelasan Mengusap Wajah Setelah Sholat

2005 saya baru bergabung menjadi pembantu para Kyai di NU Surabaya. Kalau pulang sering malam, tidak membawa apa-apa ke rumah. Kadang menginap di kantor NU di Bubutan Surabaya. Kadang juga ditugas keluar kota acara Bahtsul Masail. Di rumah anak sudah banyak. Adalah karena kesabaran istri saya yang tidak menuntut apa-apa kepada saya. Memasak, menjaga dan mencuci pakaian anak-anak. Tanpa keluh kesah.

Namanya jadi juru bantu para Kyai, maka saya pun berusaha melakukan perintah para Kyai. Disuruh ngetik naskah Arab, ya saya kerjakan dengan sebaik-baiknya meskipun saat itu baru belajar komputer, laptopnya pun hasil berhutang. Nyaris selalu saya katakan “Enggih, Kyai” setiap ada perintah. Tidak pernah saya tolak selama saya mampu mengerjakannya.

Baca Juga  Mengapa Kyai-kyai NU Tidak Memperjuangkan Syariat Islam?

Berkah manut para kyai itulah yang saya rasakan hingga saat ini. Kyai-kyai nyuruh saya duduk di jajaran MUI SBY, saya pun manut. Ke struktur Dewan Masjid Indonesia Kota Surabaya juga ada nama saya. Pernah juga di FKUB Surabaya sebagai pengganti antar waktu. Juga akrab dengan para Modin se Surabaya karena menjadi instruktur perawatan jenazah di Dinas Sosial. Alhamdulillah hingga bisa ‘keliling’ kemana-mana.(ma’ruf khozin)

Tinggalkan Balasan