NU dan Muhammadiyah Ibarat Bumi dan Matahari

Oleh Ahmad Tsauri

sorbansantri.com
– Saya kenal orang yang kebaikannya, amal solihnya itu banyak sekali, banyak sekali masjid yang dibangun tapi tidak digelari tokoh seribu masjid, karena sedekah beliau juga bermiliar-miliar, tapi tidak juga digelari orang dermawan, karena membantu masyarakat dengan berbagai kebutuhan juga tak terhitung jumlahnya, tapi juga tidak dipuji jiwa sosialnya bagus, karena juga taat ibadah tapi belum mendengar orang menyebutnya ahli ibadah, karena juga tidak pernah menggunjing orang, tapi tidak dipuji dengan baik Budi. Saya menemukan banyak sekali orang seperti ini. Karena kebaikannya dahsyat, banyak ia tidak diidentifikasi oleh orang lain dengan salah satu atribut atau kerja sosialnya.
Begitulah NU dan Muhammadiyah, ibarat matahari tidak lagi perlu dijelaskan bahwa ia bersinar, karena puluhan ribu pesantren dan sekolahnya, ribuah rumah sakit dan lembaga sosial lainnya tak terhitung.
Ibarat matahari cukuplah bunga-bunga yang bermekaran, manusia hewan yang beranak pinak, ekosistem yang terus berjalan menunjukkan matahari itu memberi manfaat.
Apa jadinya bumi tanpa matahari, seperti apa jadinya Indonesia tanpa NU dan Muhammadiyah. NU dan Muhammadiyah menyiapkan orang-orang yang menginisiasi sekaligus mengisi kemerdekaan baik di Eksekutif, maupun dilegislatif. Apa anda kira bung Karno dan Jenderal Sudirman itu anggota ormas gurem itu? Bukan beliau kader Muhammadiyah.
Indonesia tanpa ormas bodong itu terbukti baik-baik saja, tapi terbukti tanpa kontribusi NU Muhammadiyah ini kemerdekaan nyaris tidak bisa diraih dan tidak bisa dipertahankan.
Jadi maklumi saja kalau ada ormas abal-abal selalu disanjung karena foto mereka dilokasi bencana 10 tahun silam, mungkin kebaikannya hanya itu sementara keburukannya yang menyengsarakan dan melukai hati masyarakat tak terhitung.
Di era seperti ini, semua kegiatan sosial NU-Muhamadiyah dan badan otonom dibawahnya, yang banyak itu, harus dipublikasikan terutama ditempat bencana, supaya simpatisan ormas piaraan Cendana itu sadar telah salah memilih pelabuhan dalam berorganisasi. (abi sorban)

Tinggalkan Balasan