
Sontak penolakan dari netizen menjadi trending topic penolakan, karena memakai Haikal Hasan, JNE dianggap mendukung pemecah belah bangsa dengan menayangkan ucapan tersebut, meskipun akhirnya postingan Haikal Hasan dihapus.
Eskalasi penolakan makin menjadi, rating JNE di playstore juga drop. Tentu saja banyak catatan terkait hal ini, tapi yang paling utama untuk dipikirkan adalah ekses dari aksi boikot ini kedepan.
Jangan tutup mata juga bahwa JNE adalah jasa ekspedisi yang terbesar di Indonesia, ribuan rakyat kecil bergantung untuk mencari rejeki disana. Tentunya akan jadi dzolim jika hal ini mempengaruhi urusan dapur orang yang tidak tahu menahu keramaian di media sosial.
GP Ansor sebagi organisasi yang dibesarkan nilai-nilai Islam jelas tidak bisa sepakat dengan aksi boikot ini jika mengorbankan rakyat kecil. Tidak ada kultur dan ajaran untuk mematikan rejeki masyarakat kecil dari Kyai-kyai pendiri NU.
Untuk itu mari kita bijak sejenak dan berfikir lebih kedepan untuk menggunakan jemari kita di media sosial. Jangan sampai jemari kita mematikan rejeki sesama anak bangsa.
Terkait hal tersebut dari Managemen JNE bertemu dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Gus Yaqut untuk Silaturahmi dan tabayyun terkait isu terkini.
Manajemen JNE diwakili Direktur Utama JNE Pak Muhammad Feriadi, Direktur JNE Pak Edi Santoso dan VP Marketing JNE Pak Eri Palgunadi melakukan pertemuan agar publik bijak menyikapi hal yang sedang dialami JNE. (GP Ansor)