Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
PeristiwaSosial

Mengaku Saya Emosi! dan meminta maaf itu yang dikatakan pria kafir-kafirkan anggota banser

×

Mengaku Saya Emosi! dan meminta maaf itu yang dikatakan pria kafir-kafirkan anggota banser

Sebarkan artikel ini
SORBANSANTRI.COM

Infokom Banser NU-Pria yang mengkafir-kafirkan dua anggota Banser berinisial H menyesal atas perbuatannya. Ia mengaku tak bisa menahan emosinya saat itu. Kini ia hanya bisa menyesali usai ditangkap polisi.ADVERTISEMENT“Saya menyesali atas perbuatan tersebut karena faktor keadaan emosi,” ucap pelaku di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Kamis (12/12).Dalam kesempatan itu, pelaku juga menuturkan permohonan maaf kepada masyarakat, khususnya dua anggota Banser yang ia persekusi dengan sebutan kafir. “Permintaan maaf saya terutama kepada masyarakat dan juga NU para ulama mohon maaf, dan saudara-saudara Banser dan GP Ansor,” kata dia.

Sementara itu di lokasi yang sama, Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Bastoni Purnama, mengatakan pelaku ditangkap di sebuah padepokan di kawasan Sawangan, Depok, Jawa Barat sekitar pukul 15.00 WIB pada Kamis (12/12).Bastoni menyebut, di tempat itu pelaku menyesali perbuatannya dan bertaubat serta menenangkan diri.“Dia di sana taubat dan menengankan diri,” kata Bastoni.

Example 325x300
Kasus persekusi anggota Banser
Jumpa pers kasus persekusi anggota Banser di Mapolres Metro Jakarta Selatan. Foto: Raga Imam/kumparan

Dalam penangkapan itu polisi turut mengamankan sebuah ponsel seluler milik pelaku yang dijadikan untuk merekam aksi persekusi itu.ADVERTISEMENTKasus persekusi itu terjadi pada Selasa (10/12) di wilayah Pondok Pinang, Jakarta Selatan. H mengkafir-kafirkan dua anggota Banser bernama Wildan dan Eko. Keduanya merupakan anggota provost Banser Kota Depok. Saat itu, Wildan dan Eko dalam perjalanan menuju Ciledug. Di sana ada pengajian yang dihadiri salah satu ulama Nahdlatul Ulama (NU), Gus Muwafiq.

Sumber : Kumparan

Example 300250
Example floating

Pesan Bijak

SORBANSANTRI.COM
Berita Utama

BANSER yang dikenal dengan semangat perjuangan kemanusiaan tanpa memandang ras atau politik, mengalami penolakan dari raja-raja Bali saat menggelar Apel Kesetiaan. Ironisnya, acara ini bertepatan dengan Muktamar PKB yang hanya berjarak tidak terlalu jauh. Tanpa koordinasi yang baik, kegiatan BANSER ini justru menimbulkan gesekan, bahkan perintah untuk memulangkan pasukan BANSER dilakukan secara tiba-tiba. Di tengah memanasnya hubungan PBNU dan PKB, kejadian ini menimbulkan pertanyaan tentang netralitas dan komitmen BANSER. Bagaimana tanggapan mereka?