SORBAN SANTRI – Setelah mondok di pesantren Tebuireng, Jombang kepada Hadhratus Syekh Hasyim Asy’ari, beliau berangkat ke Mekkah bersama keluarganya. Beliau mendalami lagi ilmu fiqih, ushul fiqh, hadis, tafsir, lughah, balaghah dan tasawuf, mengaji kepada beberapa syekh, diantaranya Syekh Umar Hamdani al-Maghribi, Syekh Alwi Al Maliki, Syekh Said al-Yamani, Syekh Umar Bayunid, Syekh Syarif bin Ghulam Makkah dan masyayikh lainnya.
Suatu saat, ketika mondok dan mengaji kepada Syekh Syarif Ghulam, guru tasawuf beliau, beliau tidak hanya sekedar menyerap ilmunya saja, tapi beliau juga menjadi khadam (abdi dalem) nya. Sebagaimana biasanya, suatu saat ketika beliau sedang mengisi air di kamar mandi sang guru dengan menimba air dari sumur ternyata embernya tidak berisi air, namun berisi segumpal emas. Oleh beliau emas itu tidak lantas diambilnya namun justru dikembalikan lagi ke dalam sumur.
Jawab beliau, “karena yg saya inginkan adalah ilmunya, bukan emas itu”.
Subhanallah, mungkin ini termasuk ujian dari guru beliau dan KH. Zaini bisa melewatinya dgn ketajaman hati dan pikiran yg Allah berikan pada beliau.
Dalam kisah di atas, KH. Zaini tidak hanya mengaji kepada gurunya tapi juga berkhidmah dan shuhbah kepada guru beliau, sebagaimana dalam suatu maqalah:
العلم بالتعلم والبركة بالخدمة
“Al-‘ilmu bitta’allum, wal barakah bil khidmah”
Ilmu diperoleh dgn belajar, sedangkan keberkahan diperoleh dgn ber-khidmah (mengabdi).”
Berkhidmah atau shuhbah dapat memperkuat hubungan murid dengan sang guru, ikhwan dgn Mursyidnya, dan mendapat keridhaan sang guru. Nah ketika sang murid mendapat keridhaan sang guru, maka itulah salah satu alamat dari tanda kesuksesan sang murid di masa depan.
Bahkan dalam dunia sufi posisi “khidmah” dan “shuhbah” ini sangat penting, karena di sinilah para murid akan mendapatkan asrar (rahasia), ilmu dan hikmah dgn cepat jika sang murid memang bersungguh2 dan senantiasa membersihkan hatinya.
Dikutip dari buku KH. Zaini Mun’im; Pengabdian dan Karya tulisnya, oleh: Maghfur Ramdhani (Ketua PK MATAN Universitas Nurul Jadid).