Orang seperti itu tak layak dijadikan teman karena ia mengingkari fitrah manusia yaitu berbuat salah. Dan lebih berbahaya lagi, karena diam-diam, orang seperti itu punya rasa sombong Di mata orang seperti itu, ini salah. Itu salah. Tidak terbuka peluang bagi orang untuk memperbaiki diri. Pernah, seorang alim ditegur Tuhan karena berdoa agar dijauhkan dari kesalahan. Kata Tuhan, “Lha kalau kamu tidak berbuat salah, lalu di mana letak kehebatan sifat pengampun-Ku?”
Sementara Nabi sendiri mensifati umatnya, dan melukiskan kebesaran Tuhan, salah satunya dalam bentuk betapa dhaifnya manusia dan betapa besarnya pengampunan Tuhan. Anak-cucu Adam itu senantiasa berbuat salah, dan sebaik-baiknya mereka adalah yg lekas meminta ampunan.
Ini berbeda sama sekali dengan orang Khawarij. Kaum ini sering mencap orang yg berbuat salah dan maksiat telah keluar dari Islam. Sementara Tuhan menyeru, sebanyak apapun kesalahan dan dosa hambaNya, jangan pernah berputus asa dari ampunan Tuhan. Aneh sekali kaum Khawarij ini yg justru ‘mengusir’ orang yg sudah masuk Islam hanya karena berbuat salah, sementara Tuhan selalu mengulurkan tangan agar orang yg berbuat salah tak berputus asa.
Akhirnya beliau diundang oleh guru-gurunya dan diberitahu: “Kamu keliru kalau tidak mau mengajar karena takut salah. Memangnya kamu itu siapa? Orang yang takut berbuat salah justru orang yang sombong. Kamu itu bukan nabi kok takut berbuat salah.” Semenjak itu Mbah Nafi’ mau mengajar. (abi sorban)