sorbansantri.com – Arab Saudi menangkap ulama-ulama Wahabi demi langkah reformasi dan demokratisasi Arab Saudi. Muhammad bin Salman atau Pangeran Salman adalah orang yang berada di balik agenda tersebut.
Terjadi lagi, pemerintah Arab Saudi menangkap ulama-ulama Wahabi. Kali ini ulama dan qori’ terkenal, Syeikh Abdullah Basfar ditangkap oleh pihak otoritas Arab Saudi. Beberapa kasus penangkapan ulama dilakukan oleh Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir ini.
Syeikh Abdullah adalah seorang profesor di departemen Sharia dan Islamic Studies di King Abdul Aziz University di Jeddah. Ia juga merupakan mantan Sekretaris Jenderal Organisasi Kitab dan Sunnah Dunia. Sebelumnya, Arab Saudi dikabarkan sudah menahan Syekh Saud Al-Funaisan. Al-Funaisan sendiri adalah seorang profesor universitas dan mantan dekan fakultas Syariah di Universitas Al-Imam di Riyadh.
Langkah Arab Saudi menangkap ulama-ulama Wahabi menguatkan asumsi terkait upaya pemerintah Arab Saudi untuk mengamankan dan mereformasi Arab Saudi atas inisiasi Muhammad bin Salman (MBS).
Penangkapan Ulama dan Reformasi MBS.
Beberapa kasus penangkapan ulama yang dilakukan oleh Arab Saudi menjadi semacam “pembersihan” pahak keagamaan. Kini MBS melakukan reformasi di dalam negaranya. Ia ingin mengubah citra Arab Saudi dengan paham moderasi Islam.
Ulama-ulama yang ditangkap oleh pihak kerajaan dianggap melakukan tindakan dan ceramah-ceramahnya mengganggu stabilitas kerajaan. Oleh karena itu, pihak MBS dan para pendukungnya menindak mereka agar tidak mengganggu dan menjadi ancaman kepentingan internal kerajaan.
MBS melakukan berbagai kebijakan penting dan kontroversial. Ia tengah mereformasi Arab Saudi. Kebijakan kontroversial yang dilakukannya, diantaranya yakni memperbolehkan perempuan untuk menyetir mobil, menonton sepak bola di lapangan, dan beberapa kebijakan yang mengarah pada reformasi birokrasi Arab Saudi.
Bagi kaum muda dan perempuan Arab Saudi, MBS adalah sosok pembaruan di tubuh kerajaan Arab Saudi. Ia menjadi tumpuan mereka ditengah kungkungan kebijakan Arab Saudi yang rigid dan kaku.
Tetapi, bagi kaum ulama Wahabi Arab Saudi, MBS telah melanggar pemahaman keagamaan Arab Saudi yang sudah tumbuh subur di negara “Penjaga Dua Kota Suci”. Kondisi ini membuat otoritas kerajaan harus melakukan tindakan tersebut.
Moderasi Beragama Arab Saudi
Kebijakan MBS yang dinilai banyak pihak memiliki dua sisi yang berseberangan. Di salah satu sisi, kebijakan reformasi Arab Saudi memiliki dampak besar dan memberikan kebebasan bagi kaum muda Arab Saudi dan melonggarkan mereka untuk mengekspresikan apa yang mereka inginkan selama ini.
Moderasi beragama menjadi kebijakan dan keputusan yang diinisiasi MBS. Hal ini dilakukan ditengah paham Wahabisme yang dianggap terlalu kaku dan tidak memberikan ruang bagi banyak kaum muda dan perempuan Arab Saudi.
Kebijakan Arab Saudi lainnya yang berusaha menggemakan moderasi beragama yakni melakukan diskusi intens dengan salah satu organisasi massa Islam moderat di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).
Pihak Arab Saudi dan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel, telah melakukan diskusi terkait moderasi beragama tersebut. Diskusi ini juga menunjukkan bahwa Arab Saudi ingin melakukan reformasi keagamaan dengan menggemakan moderasi beragama. Sikap MBS melalui pelbagai kebijakan kontroversial di Arab Saudi dianggap sebagai tindakan “out of the box”. Ia juga tengah mempersiapkan menuju visi Arab Saudi 2030. (sumber harakah. id)