Sudah Ibadah Kok Masih Dapat Ujian Hidup?

  • Bagikan
SORBANSANTRI.COM
SORBANSANTRI.COM

Pada segmen akhir dari Ahlussunah wal Jamaah di TV9 ada pemirsa yang bertanya dari Kalimantan Barat bahwa ia sudah melakukan ibadah shalat namun mengapa masih mendapat ujian, baik ringan hingga berat?

Di pesantren dahulu kita sudah diingatkan oleh para dan guru dengan sebuah :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

“Apakah itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Al-`Ankabūt: 2)

Mengapa kita yang sudah beribadah masih diuji? Imam Al-Qurthubi menyampaikan alasannya:

ليتبين الصادق منهم والكاذب

Agar menjadi siapa yang benar-benar beribadah dan yang berpura-pura.

Sehingga dijelaskan dalam beberapa hadis bahwa shalallahu alaihi wasallam bersabda:

ﺃﺷﺪ اﻟﻨﺎﺱ ﺑﻼء اﻷﻧﺒﻴﺎء ﺛﻢ اﻷﻣﺜﻞ ﻓﺎﻷﻣﺜﻞ ﻳُﺒْﺘَﻠﻰ اﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻋﻠﻰ ﺣَﺴَﺐِ ﺩِﻳﻨِﻪِ ﻓﺈِﻥْ ﻛﺎﻥَ ﻓِﻲ ﺩِﻳﻨِﻪِ ﺻُﻠْﺒﺎً اﺷْﺘَﺪَّ ﺑَﻼﺅُﻩُ ﻭﺇﻥْ ﻛﺎﻥَ ﻓِﻲ ﺩِﻳﻨِﻪِ ﺭِﻗَّﺔٌ اﺑْﺘُﻠِﻲَ ﻋﻠﻰ ﻗَﺪْﺭِ ﺩِﻳﻨِﻪِ ﻓَﻤﺎ ﻳَﺒْﺮَﺡُ البلاء ﺑﺎﻟﻌَﺒْﺪِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺘْﺮُﻛَﻪُ ﻳَﻤْﺸِﻲ ﻋﻠﻰ اﻷَﺭْﺽِ ﻭَﻣَﺎ ﻋﻠﻴﻪِ ﺧَﻄِﻴﺌَﺔٌ (ﺣﻢ ﺧَ ﻧ ﻫـ) ﻋﻦ ﺳﻌﺪ.

“Manusia yang paling berat ujiannya para Nabi, kemudian orang di bawahnya, kemudian di bawahnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai tingkat agamanya. Jika keyakinan agamanya kuat maka berat pula ujiannya. Jika keyakinannya lemah maka sesuai dengan keyakinan agamanya. Ia akan terus diberi ujian hingga ujian sudah meninggalkan dia di atas dalam keadaan tidak memiliki kesalahan” (HR Ahmad, Bukhari, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Sa’ad)

Ibaratnya, tingkat kesulitan ujian hidup yang dialami kyai tidak sama dengan . Beban masalah yang dipikul konglomerat jauh lebih berat dari pada pekerja biasa. Dan seterusnya.

Saat kita beribadah dan menemukan ujian hidup, musibah, problematika apapun jangan menghalangi kita untuk beribadah kepada Allah.

Oleh Ma’ruf Khozin

  • Bagikan

Pesan Bijak