Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Olahraga

Pratama Arhan Cetak Sejarah, Debut di K-League 1 Bersama Suwon FC

×

Pratama Arhan Cetak Sejarah, Debut di K-League 1 Bersama Suwon FC

Sebarkan artikel ini
SORBANSANTRI.COM

sorbansantri.com – Pratama Arhan berhasil mencatatkan sejarah dengan menjadi pemain Indonesia pertama yang bermain di K-League 1, kasta tertinggi sepakbola Korea Selatan, setelah mendapatkan debut pertamanya bersama Suwon FC. Meski begitu, debutnya tidak berjalan mulus sepenuhnya.

Arhan dimainkan sebagai pemain pengganti pada menit ke-73 dalam pertandingan yang berlangsung ketat. Namun, hanya tiga menit berselang, ia mendapat kartu merah pada menit ke-76 akibat pelanggaran keras yang dilakukan. Insiden ini menjadi tantangan awal bagi Arhan dalam kariernya di K-League 1.

Example 500x500

Meski demikian, pencapaian Arhan tetap patut diapresiasi. Menjadi pemain Indonesia pertama yang bermain di K-League 1 adalah sebuah prestasi yang luar biasa dan menunjukkan bahwa talenta sepakbola Indonesia mampu bersaing di level internasional.

Para pendukung sepakbola Indonesia memberikan semangat dan dukungan kepada Arhan. Mereka berharap bahwa pengalaman ini bisa menjadi pelajaran berharga dan motivasi bagi Arhan untuk tampil lebih baik lagi di pertandingan-pertandingan berikutnya. Tetap semangat, Mas Arhan! Kamu masih muda, dan jalan kariermu masih panjang. Semoga ini menjadi awal dari kesuksesan yang lebih besar di masa depan. (AI Sorban)

Example 300250
Example floating

Pesan Bijak

SORBANSANTRI.COM
Kisah Kiai dan Ulama'

Tahukah kalian tentang Ibnu Khaldun? Beliau adalah pemikir terkemuka abad ke-14 yang dikenal luas karena karyanya, “Muqaddimah.” Ibnu Khaldun lahir pada 27 Mei 1332 di Tunisia dalam keluarga berpengaruh. Melalui “Muqaddimah,” ia memperkenalkan konsep asabiyyah atau solidaritas sosial sebagai kunci kebangkitan dan kejatuhan peradaban.

SORBANSANTRI.COM
Nahdlatul Ulama'

Tragedi ini seharusnya menjadi pelajaran penting bahwa rakyat Indonesia hanya menginginkan Pancasila sebagai dasar negara. Namun, ketika Muso menyebarkan komunisme, mengapa Rabithah Alawiyah (RA) tidak memperingatkannya?