Sekilas Tentang Syekh Qutbudin
Di sekitar makam terdapat bebatuan kuno persegi dengan ukuran tertentu. Menurut penelitian tim sejarah Wonosobo yang berkunjung ke makam tersebut pertengahan September 2007 lalu, batu tersebut diduga merupakan reruntuhan candi atau tempat ibadah lainya.
Menurut Edi Masrukhin SAg, tokoh agama Desa Candirejo, makam tua tersebut telah lama dikunjungi orang. Bahkan pernah menjadi objek penelitian dua orang antropolog dari Eropa. Namun warga tidak mengetahui kalau makam tersebut merupakan salah satu tokoh penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Masyarakat baru mengerti setelah KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) berziarah pada tahun 1994.
“Kami kira hanya makam kuno biasa. Tetapi setelah Gus Dur datang kami menjadi tahu kalau makam tersebut cukup bersejarah dalam penyebaran ajaran Islam di Jawa,” ujar Edi Masrukhin.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Dur menjelaskan riwayat Syaikh Qutbudin. Menurut Gus Dur, Islam yang pertama kali datang ke Indonesia beraliran thoriqoh yang lebih mudah beradaptasi dengan budaya masyarakat setempat dari pada aliran fiqh yang cenderung lebih kaku.
Setelah berdakwah di banyak tempat, Syaikh Qutbudin bermukim (tinggal) dan membuat pesantren di Desa Candirejo. Karena tidak ada anak turun yang meneruskan, setelah ratusan tahun pesantren itu hilang dan tinggal puing-puing.
















