Memanasnya Hubungan Iran dan Israel
Ketegangan antara Iran dan Israel terus meningkat dengan intensitas yang makin mengkhawatirkan. Baru-baru ini, seorang diplomat Tel Aviv menyatakan bahwa konfrontasi skala besar dengan Iran tampaknya tak terhindarkan. Dalam wawancaranya dengan Newsweek, utusan khusus Kementerian Luar Negeri Israel, Fleur Hassan-Nahoum, mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk segera mengambil tindakan langsung terhadap Republik Islam itu.
Retorika yang Menciptakan Suasana Berat
Hassan-Nahoum menyebutkan bahwa retorika Iran telah menciptakan ‘suasana yang sangat berat di Israel’. Kekhawatiran akan kemungkinan perang telah mencapai titik di mana Hassan-Nahoum yakin Iran dan sekutunya telah memenangkan perang psikologis. Ia pun berpendapat bahwa Washington harus bertindak segera demi perubahan rezim di Iran dengan menargetkan infrastruktur nuklir negara itu menggunakan teknologi yang hanya dimiliki AS.
Pembunuhan Ismail Haniyeh dan Eskalasi Konflik
Hubungan antara Iran dan Israel semakin memanas setelah pembunuhan pemimpin milisi bersenjata Palestina, Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran. Iran menuding Israel sebagai dalang di balik pembunuhan ini dan bersumpah akan memberikan pembalasan yang serius. Eskalasi hubungan ini menambah ketegangan baru di wilayah Timur Tengah, dengan kekhawatiran bahwa panasnya hubungan kedua rival ini akan memancing perang besar di dunia Arab.
Kemitraan Iran-Rusia dan Strategi AS
Iran telah banyak berinvestasi dalam memperkuat infrastruktur militer dan nuklirnya serta memperluas persenjataan ofensif dan defensif. Hubungan kemitraan dengan Rusia juga semakin erat dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di bidang pertahanan. Namun, Hassan-Nahoum berpendapat bahwa kemunduran Rusia dalam perang Ukraina saat ini menjadi hambatan bagi Moskow untuk melindungi Iran dari serangan AS. Ini dinilai sebagai momen kritis bagi AS untuk bertindak, dengan strategi yang diharapkan bisa menarik dukungan internasional untuk menstabilkan kawasan.