BERSYA’IR DAN TABUH REBANA DALAM MASJID TIDAK HARAM ASALKAN

Screenshot_200

cyberaswaja.online- Sang Mujtahid Fatwa dan Tarjih dalam madzhab Syafi’i yakni Imam Nawawi dalam Syarah Shohih Muslim Cetakan Baitul Afkar Ad Dauliyah halaman 1056 menjelaskan sebuah hadits :

عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ قَالَ مَرَّ عُمَرُ فِي الْمَسْجِدِ وَحَسَّانُ يُنْشِدُ فَقَالَ كُنْتُ أُنْشِدُ فِيهِ وَفِيهِ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْكَ ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَى أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ أَسَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَجِبْ عَنِّي اللَّهُمَّ أَيِّدْهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ قَالَ نَعَمْ

فِيهِ جَوَازُ إِنْشَادِ الشِّعْرِ فِي الْمَسْجِدِ إِذَا كَانَ مُبَاحًا وَاسْتِحْبَابُهُ إِذَا كَانَ في ممادح الاسلام وأهله

Artinya :

“Dari Sa’id bin Musayyab ia berkata : suatu ketika Umar berjalan bertemu dengan Hassan bin Tsabit yang sedang melantunkan sya’ir di masjid. Umar menegur Hassan, namun Hassan menjawab : aku melantunkan sya’ir di masjid yang di dalamnya ada seorang yang lebih mulia dari pada kamu, kemudian dia berpaling kepada Abu Hurairah sambil berkata demi Allah apakah engkau pernah mendengar Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jawablah permintaanku, ya Allah kuatkanlah dia dengan ruh al-qudus. Abu Hurairah menjawab : benar (aku telah mendengarnya)”.

“Dalam hadits ini mengandung kebolehan mendendangkan syi’ir di dalam masjid jika memang bait syi’ir yang dilantunkan adalah sesuatu yang mubah dan kesunnahan bersyi’ir jika memang dalam konteks pujian-pujian kepada Islam dan orang-orang Islam (apalagi Nabi,Sahabat,dan orang sholeh)”.

👉Al Imam Ibnu Hajar Al Haitami yang juga seorang mujtahid dalam Madzhab Syafi’i dalam kitab Al Fatawa Al Fiqhiyyah Al Kubro juz 4 halaman 356-357 mengenai tabuh rebana dalam masjid beliau mengatakan :

أَمَّا الدُّفُّ فَمُبَاحٌ مُطْلَقًا حَتَّى لِلرِّجَالِ كَمَا اقْتَضَاهُ إطْلَاقُ الْجُمْهُورِ وَصَرَّحَ بِهِ السُّبْكِيّ وَضَعَّفَ مُخَالَفَةَ الْحَلِيمِيِّ فِيهِ…….. وَأَمَّا فِعْلُ ذَلِكَ فِي الْمَسَاجِدِ فَلَا يَنْبَغِي لِأَنَّهَا لَمْ تُبْنَ لِمِثْلِ ذَلِكَ وَلَا يَحْرُم ذَلِكَ إلَّا إنْ أَضَرَّ بِأَرْضِ الْمَسْجِدِ أَوْ حُصُرِهِ أَوْ نَحْوِهِمَا أَوْ شَوَّشَ عَلَى نَحْوِ مُصَلٍّ أَوْ نَائِمٍ بِهِ وَقَدْ رَقَصَ الْحَبَشَةُ فِي الْمَسْجِدِ وَهُوَ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَنْظُرهُمْ وَيُقِرّهُمْ عَلَى ذَلِكَ وَفِي التِّرْمِذِيِّ وَسُنَنِ ابْنِ مَاجَهْ عَنْ عَائِشَةَ – رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهَا – أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ «أَعْلِنُوا هَذَا النِّكَاحَ وَافْعَلُوهُ فِي الْمَسَاجِدِ وَاضْرِبُوا عَلَيْهِ بِالدُّفِّ» وَفِيهِ إيمَاءٌ إلَى جَوَازِ ضَرْبِ الدُّفِّ فِي الْمَسَاجِدِ لِأَجْلِ ذَلِكَ فَعَلَى تَسْلِيمِهِ يُقَاسُ بِهِ غَيْرُهُ وَأَمَّا نَقْلُ ذَلِكَ عَنْ السَّلَفِ فَقَدْ قَالَ الْوَلِيُّ أَبُو زُرْعَةَ فِي تَحْرِيرِهِ صَحَّ عَنْ الشَّيْخِ عِزِّ الدِّينِ بْنِ عَبْدِ السَّلَامِ وَابْنِ دَقِيقِ الْعِيدِ وَهُمَا سَيِّدَا الْمُتَأَخِّرِينَ عِلْمًا وَوَرَعًا وَنَقَلَهُ بَعْضُهُمْ عَنْ الشَّيْخِ أَبِي إِسْحَاقَ الشِّيرَازِيِّ – رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى – وَكَفَاكَ بِهِ وَرِعًا مُجْتَهِدًا وَأَمَّا دَلِيلُ الْحِلِّ لِمَا ذُكِرَ فَفِي الْبُخَارِيِّ أَنَّهُ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – «سَمِعَ بَعْضَ جَوَارٍ يَضْرِبْنَ بِالدُّفِّ وَهِيَ تَقُولُ وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ فَقَالَ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – دَعِي هَذَا وَقُولِي الَّذِي كُنْت تَقُولِينَ» وَفِي التِّرْمِذِيِّ وَابْنِ مَاجَهْ أَنَّهُ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – «لَمَّا رَجَعَ مِنْ بَعْضِ غَزَوَاتِهِ أَتَتْهُ جَارِيَةٌ سَوْدَاءُ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إنِّي نَذَرْتُ إنْ رَدَّك اللَّهُ تَعَالَى سَالِمًا أَنْ أَضْرِبَ بَيْنَ يَدَيْك بِالدُّفِّ فَقَالَ لَهَا إنْ كُنْتِ نَذَرْتِ فَأَوْفِ بِنَذْرِك»

Baca Juga  di Saat Sedekah Lebih Utama Dari Pada Ibadah Haji

“Adapun rebana itu hukumnya mubah secara mutlaq bahkan untuk laki-laki sekalipun, sebagaimana yang dikehendaki oleh pemutlakan dari mayoritas Ulama dan telah dijelaskan oleh Al Imam As Subki dan beliau melemahkan penyelisihan Al Halimi dalam hal ini…..Adapun melakukan tabuh rebana dalam masjid maka hendaknya tidak dilakukan karena masjid tidak dibangun untuk hal itu namun perbuatan tersebut tidak diharamkan kecuali jika membahayakan tanah masjid,tikar masjid, (khawatir) mengganggu orang sholat dan orang tidur. Dan sungguh orang-orang ethiopia menari di dalam masjid, Nabi pun melihat dan menyetujui hal tersebut. Dalam riwayat Imam Turmudzi dan Sunan Ibnu Majah dari Sayyidah Aisyah Rodliyallahu ‘anha Nabi bersabda :

Baca Juga  Ponpes Habib Rizieq Kena Gusur, Omongan Orang NU Pedes: Kuasai Tanpa Hak, HARAM !!!

“Umumkanlah pernikahan ini dan langsungkanlah pernikahan itu dimasjid dan iringilah dengan tabuhan rebana”.

“Dalam Hadits ini mengandung isyarat kebolehan menabuh rebana dalam masjid.”

“Adapun kutipan tersebut yang datang dari salaf, maka sungguh Al Wali Abu Zur’ah berkata dalam kitab tahrirnya bahwa hal tersebut memang benar dari Syaikh ‘Izzuddin bin Abdissalam dan Ibnu Daqiq Al ‘Id yang mana beliau berdua adalah pemimpin para ulama muta akhhirin dalam keilmuan dan kewara’an.”

“Adapun dalil kehalalan tentang yang telah disebutkan adalah dalam Shohih bukhori :

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mendengar beberapa budak perempuan yang menabuh rebana mengatakan : “Diantara kami ada nabi yang mengetahui apa yang terjadi esok”. Lalu Nabi berkata : biarkan, dan ucapkan sebagaimana yang mereka ucapkan.”

“Dan dalam riwayat Imam Turmudzi juga Ibnu Majah :

“Ketika Rasulullah pulang dari peperangan didatangi oleh seorang budak wanita hitam dan ia berkata: “Wahai Nabi, saya bernadzar jika Engkau kembali dari perang diselamatkan oleh Allah, saya akan menabuh terbang di hadapanmu. Rasulullah menjawab: “Jika kamu bernadzar seperti itu, maka lakukanlah nadzarmu”.

Tinggalkan Balasan